Alkisah, seorang sahabat Umar bin Khatab ra menangis saat mendengar ayat ini. Suatu hari Atha As-Salami rh, seorang tabi’in yang mulia bermaksud menjual kain yang telah ditenunnya kepada penjual kain di pasar. Setelah diteliti dan diamati dengan seksama oleh sang penjual kain, sang penjual kain mengatakan, “Ya, Atha sesungguhnya kain yang kau tenun ini cukup bagus, tetapi sayang ada cacatnya sehingga saya tidak dapat membelinya.”
Begitu mendengar bahwa kain yang telah ditenunnya ada cacat, Atha termenung lalu menangis. Melihat Atha menangis, sang penjual kain berkata, “Atha sahabatku, aku mengatakan yang sebenarnya bahwa kainmu memang ada cacatnya sehingga aku tidak dapat membelinya, kalaulah sebab itu engkau menangis maka biarkanlah aku tetap membeli kainmu dan membayarnya dengan harga yang pantas.” Tawaran itu dijawabnya, “Wahai sahabatku, engkau menyangka aku menangis disebabkan karena kainku ada yang cacat. Ketahuilah sesungguhnya yang menyebabkan aku menangis bukan karena kain itu. Aku menangis disebabkan aku menyangka bahwa kain yang telah kubuat berbulan-bulan ini tidak ada cacatnya, tetapi di mata engkau sebagai ahlinya, ternyata kain itu ada cacatnya. Begitulah aku menangis kepada Allah SWT. Dikarenakan aku menyangka ibadah yang aku lakukan bertahun-tahun ini tidak ada cacatnya mungkin di hadapan Allah SWT sebagai ahlinya ada cacatnya, itulah yang menyebabkan aku menangis.”
Semoga kita menyadar sedini mungkin tentang amal yang kita lakukan apakah sudah sesuai dengan yang dituntunkan. Hanya dengan ilmulah kita akan mengetahui dimana letak kekurangan amal kita.
Maka bukan dengan amal sebanyak-banyaknya tetapi dengan sebenar-benarnya. Karena sejatinya syarat diterimanya suatu amal adalah ketika amal itu ikhlas karena Allah SWT, dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu’alayhi wa sallam. Wallahu’alam bi shawab. (ds)
No comments:
Post a Comment