Translate

Thursday, 11 June 2020

Memindahkan Hati ke Akherat

وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا

 Barang siapa mengharapkan Akhirat, kemudian berusaha untuk mendapatkannya sedang ia seorang Mukmin, maka usahanya akan diganjar

(QS.Al Isra’ :19)

     Kita ini dalam perjalanan pulang, pulang ke Kampung Akherat. Tapi orang-orang bodoh mereka bekerja mati-matian untuk bekal dunia. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang telah tertipu. Dan lebih bodoh lagi kalau ada orang yang mau berjihad fii sabilillah tujuanya dunia, ngeri orang yang seperti itu. Akibat sikap orang-orang seperti ini akhirnya Rasulullah salallahu’alahi wasallam giginya patah dalam perang uhud.

     Pemanah-pemanah dalam perang uhud itu turun rebutan ghonimah. Minhum man yuriidu dunya minhum man yuridul Akhiroh. Para perindu akhirat inilah yang menjadi perisai-perisai Rasulullah. Yang menghendaki akhirat kala itu adalah Anas bin Nadhar, yang ketika dia syahid, di dadanya terdapat lebih dari tujuh puluh luka pedang, tombak ataupun panah.

     Ibnul Qoyyim  berkata : “ kalau hati ini sehat dari penyakit ini maka hati kita ini akan pindah ke akherat”, jasadnya saja di dunia. Itulah orang-orang yang sehat akalnya. Dia sadar bahwa ia sekarang sedang berjalan ke akherat, dia tamak sekali menumpuk kekayaan untuk akherat, seperti tamaknya ahli dunia menumpuk harta kekayaan di dunia.

     Sebagaimana Aisyah Radhiallahu’anha, beliau menabung sampai mendapatkan seratus ribu dirham dan dia punya daftar nama-nama orang yang hendak dibagi-bagi. Tatkala beliau mendapat seratus ribu dirham itu, senangnya bukan main. Senang bukan karena tamak dengan dunia tapi tamak dengan akherat. Target nama-nama yang beliau kumpulkan terpenuhi.

     Kakaknya asma’, ibunya Abdullah bin Zubair memiliki kisah lain, beliau tidak mau menabung sebagaimana ‘Aisyah, harta yang ia dapatkan selalu ia habiskan semuanya disedekahkan sebelum ia tidur, besok harinya ia mencari lagi. Besok pagi adalah urusan besok pagi. Sikap Asma’ ini sama nilainya dengan  ‘Aisyah.

     Benar kata Ibnul Qoyyim : “kalau hati kita sehat maka akan berpindah ke akherat, pindah dari barang-barang kecil dunia kepada sesuatu yang tinggi dan mulia di akherat”. Bagaimana caranya agar hati kita berpindah dari dunia ke akherat? Kalau kita berkumpul hanya membicarakan masalah dunia, meeting nya hanya masalah dunia dan tak pernah ngaji, tidak pernah memikirkan halal dan haram, maka hati kita akan semakin mendalam terhadap dunia dan hati akan menjadi sakit.

     Seorang ‘alim berkata : ”Kasihan ahluddunya, keluar dari dunia tidak pernah merasakan ssesuatu yang paling nikmat di dunia.” Sebagian orang bertanya “apa sesuatu yang paling nikmat di dunia itu? Maka dijawab “Mahabbatulloh” Kecintaan kepada Allah, “Wa Aniisu bihi” merasa tenang tatkala berinteraksi dengan Allah, “Asy Syauqu ilaa liqooi Robbihi “rindu segera bertemu dengan Allah, “Tana’um bidz dzikrihi wa tho’atihi“ Badan merasa nikmat tatkala dzikir kepada Nya dan me,laksanakan keta’atan kepada Nya.

     Berikutnya ciri orang-orang yang merasakan sesuatu yang paling nikmat di dunia adalah merasa nikmat tatkala berinteraksi dengan Allah. Dia merasa nikmat tatkala bisa bangun jam dua malam melaksanakan qiyamullail, merasa tentram dan tenang. Kemudian rindu ingin segera bertemu dengan Allah.

    Alkisah, para mujahidin Arab sebagian dari Yaman, Syiria, Qatar dan Saudi yang tadinya ikut jihad Afghon, merasa sedih karena jihad di Afghon sudah selesai.   Mereka merasa sedih seakan tak punya harapan lagi untuk meraih manisnya mati syahid, sedihnya seperti pedagang pasar yang pasarnya sepi. Mereka berkata: “kalau jihad tidak ada bagaimana dengan nasib kita? jadi mereka sedih karena jihad sudah usai, dan mereka pulang ke negerinya masing-masing di Jazirah Arab.

     Kemudian mereka mendengar lagi ada tragedi pembantaian umat Islam di bosnia, mereka mendengar di Bosnia ada Jihad, mereka merasa antusias untuk segera pergi kesana, mereka berbondong-bondong datang dari berbagai penjuru dunia. Senangya mereka seperti halnya ahludunya mengejar pasar. Kenapa mereka bisa seperti itu? Itu karena mereka rindu ingin segera bertemu dengan Allah, kerinduan yang sudah tak tertahankan lagi.

     Orang-orang yang hatinya sudah pindah ke akherat, mereka merasa nikmat dengan ketaatan yang mereka laksanakan, kenikmatan yang besar karena ia selalu igat Allah, merasa selalu diawasi Allah. Orang seperti ini yang patut mengatakan “Kasihan Ahluddunia, mereka tidak bisa merasakan sesuatu yang paling nikmat didunia, cita-citanya sangat dangkal!”. Kepada para perindu akheratlah seharusnya kita “Ndangak” dan iri dengan sifat mereka.

     Pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah perbincangan dengan para sahabat, tiba-tiba Rasulullah SAW tertawa ringan sampai terlihat gigi depannya.

    Umar r.a. yang berada di situ, bertanya : "Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah ?"

    Rasulullah SAW menjawab : "Aku di beritahu Malaikat, bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala di hadapan Allah SWT".

    Salah seorang mengadu kepada Allah sambil berkata : ‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku'.

    Allah SWT berfirman : "Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan saudaramu ini, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya sedikitpun ?"

Orang itu berkata : "Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku di pikul olehnya".

     Sampai di sini, mata Rasulullah SAW berkaca-kaca. Rasulullah SAW tidak mampu menahan tetesan airmatanya. Beliau menangis.

Lalu, beliau Rasulullah berkata : "Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosa nya".

Rasulullah SAW  melanjutkan kisahnya.

Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi : "Sekarang angkat kepalamu".

    Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata : "Ya Rabb, aku melihat di depanku ada istana-istana yang terbuat dari emas, dengan puri dan singgasananya yang terbuat dari emas & perak bertatahkan intan berlian. Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb ?

Untuk orang shiddiq yang mana, ya Rabb ?

Untuk Syuhada yang mana, ya Rabb ?"

Allah SWT berfirman : "Istana itu di berikan kepada orang yang mampu membayar harganya".

Orang itu berkata : "Siapakah yang  mampu membayar harganya, ya Rabb ?"

Allah berfirman : "Engkau pun mampu membayar harganya".

Orang itu terheran-heran, sambil berkata : "Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb ?"

Allah berfirman : "CARAya, engkau MAAFKAN saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku".

Orang itu berkata : "Ya Rabb, kini aku memaafkannya".

Allah berfirman : "Kalau begitu, gandeng tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu".

     Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah Saw. berkata : "Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian SALING BERDAMAI dan MEMAAFkan. Sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin".

 

(Ustadz Abdulloh Sungkar) (Kisah di atas terdapat dalam hadits yang di riwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad yang shahih).

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar