1) Terkadang Allah menisbatkan bahwa yang mengeluarkannya menuju cahaya adalah Allah SWT secara langsung. Firman-Nya: “Allah melindungi orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman)” (QS. Al-Baqarah:257)
2) Terkadang menisbatkan kepada Nabi sebagai tugas mereka untuk menyelamatkan manusia. Semisal Allah menceriterakan tentang Nabi Musa as, “Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan) Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya), “Keluarkanlah kaummu dari kegelapan kepada cahaya terang benderang.” (QS. Ibrahim : 5).
3)
Terkadang Allah SWT menisbatkannya kepada
Al-Qur’an. Firman Allah SWT, “Alif Lam Ra (ini adalah) Kitab yang Kami
turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan
manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan Tuhan (yaitu)
menuju jalan Tuhan yang Mahaperkasa, Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim:1).
Bila kita perhatikan kata (kegelapan) selalu disebutkan dalam bentuk jama’, yakni untuk yang banyak. Sementara (cahaya) selalu disebutkan dalam bentuk Mufrad, yakni satu. Karena memang kegelapan itu memiliki bermacam-macam bentuk. Kebodohan, kekufuran dan semua hal-hal yang keji seperti kemaksiatan adalah wujud dari kegelapan. Sementara cahaya itu tunggal hanya cahaya Illahi semata.
Seseorang yang hidup dalam kegelapan tidak dapat mengerjakan sesuatu, sementara cahaya telah datang semuanya terbuka dan kegelisahan hatinya akan memudar. Maka inilah Al-Qur’an yang datang untuk mengentaskan manusia dari bermacam-macam kegelapan menuju cahaya yang terang benderang.
Karena itu janganlah berpisah dengan Al-Qur’an akan segala tuntutannya, agar kita tidak kembali kepada kegenapan setelah berada dalam cahaya Allah (ds).
No comments:
Post a Comment