KHUTBAH I
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ,
وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ
مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا
فَرِيًّا،
أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ
اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ
الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى : أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
الر.كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ
إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ
رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
(QS Ibrahim [14]: 1)
Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Alhamdulillah, atas limpahan
rahmat dan kasih sayang Allah sehingga di hari mulia ini kita bisa berkumpul di
tempat mulia ini, bersama orang-orang yang insyaallah dimuliakan oleh Allah
subhanahu wa ta'ala, melaksanakan kewajibannya shalat Jumat berjamaah. Shalawat
dan salam semoga senantiasa dicurahkan oleh Allah kepada junjungan alam Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Bertakwalah kepada Allah. Taatlah kepada
Allah, laksanakan perintah-Nya dan jauhi seluruh larangan-Nya, mumpung kita
masih diberi kesempatan oleh Allah menghirup udara dunia. Ingatlah, hanya di dunia ini kita
berkesempatan mengumpulkan pahala melalui amal shalih. Yakni amal yang sesuai
dengan perintah dan larangan Allah, baik yang tertulis dalam Al-Qur’an maupun
As-Sunnah.
وَتَزَوَّدُوا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُوْلِي اْلأَلْبَابِ
“Berbekallah,
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai
orang-orang yang berakal”. (QS
Al-Baqarah [2]: 197).
Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Kita baru
saja memperingati hari kemerdekaan. Memang penjajah telah hengkang dari negeri
ini. Namun rasanya cengkeraman penjajah dalam bentuk lain masih kita jumpai,
baik secara politik dan ekonomi serta budaya. Ajaran Islam, yang dipeluk oleh
mayoritas penduduk negeri ini dianggap ancaman. Kita yang ingin menerapkan
ajaran Islam secara sempurna dianggap radikal. Pertanyaannya? Sudahkah kita
merdeka secara hakiki?
Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Sungguh,
Islam diturunkan membawa misi kemerdekaan umat manusia dalam makna yang paling
jauh, yakni memerdekakan umat manusia dari penghambaan kepada sesama manusia
dan dari segala bentuk penghambaan kepada selain Allah subhanahu wa ta'ala.
Misi itu
dinyatakan di dalam surat yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kirimkan kepada penduduk Najran. Di antara
isinya berbunyi:
أَمّا بَعْدُ فَإِنّي أَدْعُوكُمْ إلَى عِبَادَةِ
اللّهِ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ وَأَدْعُوكُمْ إلَى وِلاَيَةِ اللّهِ مِنْ
وِلاَيَةِ الْعِبَادِ
...Amma
ba’du. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan
penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berada
dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba
(manusia)… (Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, v/553)
Misi Islam
mewujudkan kemerdekaan untuk seluruh umat manusia, itu juga terungkap kuat
dalam dialog Jenderal Persia, Rustum, dengan Rib’i bin ‘Amir yang diutus oleh
Panglima Saad bin Abi Waqash radhiyallahu 'anhu setelah Mughirah bin Syu’bah
pada Perang Qadisiyah untuk membebaskan Persia. Jenderal Rustum bertanya kepada
Rib’i bin ‘Amir, “Apa yang kalian bawa?” Rib’i bin ‘Amir menjawab, “Allah telah mengutus
kami. Demi Allah, Allah telah mendatangkan kami agar kami mengeluarkan siapa
saja yang bersedia, dari penghambaan kepada sesama hamba (sesama manusia)
menuju penghambaan hanya kepada Allah; dari kesempitan dunia menuju
kelapangannya; dan dari kezaliman agama-agama (selain Islam) menuju keadilan
Islam…” (Ath-Thabari,
Târîkh al-Umam wa al-Mulûk, II/401).
Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Islam menolak
segala bentuk penjajahan. Sebab, penjajahan itu hakikatnya merupakan bagian
dari bentuk penghambaan kepada manusia. Penghambaan kepada sesama manusia tidak
hanya diartikan secara harfiah sebagai perbudakan seperti dulu.
Penghambaan
kepada sesama manusia juga terwujud dalam bentuk penyerahan wewenang pembuatan
aturan, hukum dan perundang-undangan kepada manusia, bukan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Inilah yang menjadi doktrin demokrasi:
kedaulatan di tangan rakyat (manusia). Lebih parah lagi jika aturan, hukum dan
perundang-undangan tersebut diimpor dari pihak asing/penjajah.
Allah subhanahu wa ta'ala melukiskan penghambaan ini dalam
firman-Nya:
اِتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ
أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ
Mereka
(Bani Israel) menjadikan para pendeta dan para rahib mereka sebagai tuhan-tuhan
selain Allah… (TQS at-Taubah [9]: 31).
Makna ayat
tersebut dijelaskan dalam riwayat dari jalur Adi bin Hatim radhiyallahu 'anhu.
Ia menuturkan bahwa setelah Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam membaca ayat tersebut,
ia (Adi bin Hatim) berkata, “Kami tidak menyembah (menghambakan diri kepada)
mereka.” Namun, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَلَيْسَ يُحَرِّمُونَ مَا أَحَلَّ اللهُ
فَتُحَرِّمُونُهُ،
ويُحِلُّونَ مَا حَرَّمَ
اللهُ فَتَسْتَحِلُّونَهُ؟
قُلْتُ: بَلَى، قَالَ: فَتِلْكَ
عِبَادَتُهُمْ
Bukankah mereka (para rahib dan pendeta) itu telah mengharamkan apa yang
telah Allah halalkan, lalu kalian pun mengharamkannya, dan mereka pun telah
menghalalkan apa yang telah Allah haramkan, lalu kalian menghalalkannya?” Aku
(Adi bin Hatim) berkata, “Benar.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Itulah bentuk penyembahan
(penghambaan diri) mereka (kepada para rahib dan pendeta)” (HR ath-Thabarani dan al-Baihaqi).
Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Di zaman
modern ini, pembuatan aturan hukum menjadi jalan penjajahan atau eksploitasi
yang paling mematikan. Sekelompok manusia yang diklaim sebagai wakil rakyat
diberi kekuasaan membuat aturan hukum mewakili aspirasi rakyat.
Namun
faktanya, dalam banyak sekali kasus, mereka lebih mewakili kepentingan
sekelompok orang. Bukan mayoritas penduduk negeri. Mereka menjadi kepanjangan
tangan para pemilik modal, pengusaha kakap, cukong dan pihak asing. Seolah
mereka lebih tahu tentang manusia semuanya. Mereka mengambil hak Allah sebagai
pembuat hukum/aturan.
Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
الر.كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ
إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ
رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
Alif, laam raa. (Inilah) Kitab yang Kami turunkan kepada kamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju cahaya terang-benderang dengan
izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha
Terpuji (TQS Ibrahim [14]: 1).
Firman Allah subhanahu
wa ta'ala ini terbukti dalam sejarah Islam dan umat Islam. Ketika kemerdekaan
hakiki terwujud melalui Islam dengan jalan penerapan syariah Islam secara
menyeluruh di tengah masyarakat, kehidupan terang-benderang pun terwujud. Masyarakat Arab yang dulunya jahiliyah dan
terbelakang, dengan menerapkan syariah Islam di bawah pimpinan Rasul shallallahu
'alaihi wa sallam, dalam waktu singkat berbalik menjadi pemimpin dunia serta menjadi
mercusuar yang menyinari kehidupan umat manusia dan menyebarkan kebaikan,
keadilan dan kemakmuran kepada umat-umat lain.
Karenanya, saatnya kita
menyempurnakan kemerdekaan sekarang dengan berusaha sungguh-sungguh mewujudkan
kemerdekaan hakiki itu. Dengan cara mewujudkan ketundukan sepenuhnya pada semua
aturan Allah subhanahu wa ta'ala, melepaskan diri
dari belenggu sistem yang bertentangan dengan tauhid, yakni kapitalisme maupun
komunisme dan ide-ide turunannya, seraya menegakkan pelaksanaan syariah Islam
kaffah.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي
وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ
الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ
اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ،
وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ
إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان
وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ
يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء
مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ
وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ
أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا
خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ
اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرْ
KHUTBAH JUMAT DMDI (DEWAN MASJID DIGITAL INDONESIA) https://seruanmasjid.com