Translate

Tuesday 11 April 2017

Generasi Psikosomatis

Generasi Psikosomatis

Saat menjenguk saudara di sebuah klinik, saya iseng bertanya kepada petugas medis, “Rata-rata pasien di sini menderita sakit apa Bu?

Petugas medis tersebut menjawab, “Setelah kami periksa, pasien di sini sebenarnya banyak yang tidak ada penyakitnya Mas.”

Dengan keheranan dan penuh penasaran saya pun bertanya lagi, “Loh, kok bisa Bu? Terus kenapa mereka sampai harus opname di sini?


“Mereka sebenarnya mayoritas penderita psikosomatis, semacam masalah kejiwaan karena beban pikiran.” Petugas medis tersebut menjawab sambil berlalu untuk menangani pasien berikutnya.

Rasa penasaran saya atas secuil informasi tersebut masih berlanjut. Saya sempatkan browsing, mencari informasi lebih  lengkap tentang psikosomatis. Apa itu psikosomatis dan kenapa penghuni klinik tersebut, dan sangat mungkin juga di klinik yang lain banyak menderita psikosomatis?

Wikipedia mendefinisikan Psikosomatisme ialah kondisi di mana sejumlah konflik psikis atau psikologis dan kecemasan menjadi sebab dari timbulnya macam-macam penyakit jasmaniah atau justru membuat semakin parahnya suatu penyakit jasmaniah yang sudah ada.

Tentu setiap kita pernah cemas, ,gelisah atau galau, itu manusiawi  sekali. Kecemasan tersebut ada yang jelas sebabnya, namun ada juga kegelisahan yang tak jelas sebabnya. Perasaan galau, cemas, resah atau gelisah yang terus dipelihara bisa membawa kita pada derita psikosomatis.

Menurut Prof. (ret.) dr. H. Ahmad Husain Asdie, SpPD, K-EMD, guru besar FK UGM, dalam dunia kesehatan dan kedokteran, banyak penyakit yang pada dasarnya muncul karena kesalahan berfikir dan berperilaku. Stres, cemas, sedih, takut, benci, dendam, dan putus asa menyebabkan system imun menurun. Selain itu, hormon katekolamin, adrenalin dan noradrenalin meningkat sehingga berdampak pada peningkatan gula darah, denyut jantung dan tekanan darah.

Pikiran negatif bisa menyebabkan munculnya penyakit tertentu, demikian juga pikiran positif bisa mempercepat  proses kesembuhan atas penyakit tertentu. Menjadi penting bagi kita untuk memiliki kemampuan dalam mengelola pikiran agar tetap positif dalam merespon segala hal yang terjadi dalam hidup, sehingga membawa kebaikan pada kesehatan jiwa dan kebahagiaan hidup.

Hanya mereka yang memiliki jiwa yang kuat mampu menjadikan  segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya maupun hal-hal di luar dirinya, selalu positif. Ribuan tahun yang lalu orang-orang China di wilayah Tibet memiliki metode mengolah  jiwa dengan relaksasi melalui meditasi. Mereka meditasi agar bisa memiliki kebeningan jiwa dan memiliki fokus dalam meraih kebahagiaan hidup.

Rasulullah Saw bersabda, “Yaa Bilal, arihna bi shalaah." Demikian Sabda Rasulullah kepada Bilal, muadzin pertama umat Islam. Ucapan itu diriwayatkan dalam hadits Abu Daud dan Ahmad, yang artinya, ‘Wahai Bilal, Istirahatkan kami dengan sholat.’ Rasulullah Saw ingin mengajarkan pada kita bahwa Shalat adalah sarana untuk istirahat sejenak atas hiruk pikuk dunia.

Shalat yang khusyu’ adalah sarana bagi kaum muslimin untuk meditasi, meraih kebeningan jiwa, untuk fokus mendekat Yang Maha Suci dan menyerap energy dahsyat dari pencipta alam Raya Allah Swt. Masih adakah masalah besar dalam hidup hidup, jika di hadapkan pada Dzat Yang Maha Besar dan Maha Kuasa? Mari benahi shalat kita, agar psikosomatis tak lagi menggejala. Allahu a’lam.

*) majalah hadila edisi Maret 2017 Supomo S.S

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar