SEBESAR APAPUN DOSA, AKAN ADA JALAN UNTUK BERTAUBAT
(Riwayat oleh : Imam Bukhari Muslim, dari Abu Sa`id Al Khudri )
Pada zaman dahulu, ada
seseorang yang ringan tangan dalam mencabuti nyawa-nyawa orang lain yang
dijahatinya. Hampir setiap hari ada saja korbannya. Semuanya dia hitung sampai
suatu hari jumlah orang yang telah dibunuhnya telah mencapai 99 orang. Jadi rupanya
boleh saja ia kita katakan sebagai penjagal manusia. Intinya ia mempunyai
perilaku yang sangat kejam. Terselip rasa bersalah dihatinya, lama-lama ia
mulai merenungi dirinya selama ini, dan ternyata hidupnya sepanjang waktu
bergelimang dosa. " Aku ingin bertobat, jika aku terus-terusan hidup
begini, maka aku pasti menyia-nyiakan hidupku. Aku telah aniaya selama ini. Aku
ingin bertobat,...Aku mesti menyudahi semua ini dan segala perbuatan kejam
lainnya. Tapi apakah itu mungkin ? Dosaku sudah terlampau berat." Demikian
pikir si jahat ini dalam hati.
Ia kemudian memutuskan
mencari bantuan orang yang akan bisa menolongnya ke arah itu. Maka pergilah si
jahat tadi mencari orang alim dan ingin bertaubat didepannya. Dalam
pencariannya itu, bertepatan ada yang memberinya petunjuk untuk mendatangi
seorang yang alim disebuah desa. Pergilah ia menemui orang alim itu.Setelah
berada didepannya, maka pemuda jahat lagi kejam tadi menceritakan siapa dirinya
dan maksud kedatangannya. "Hai orang alim, aku pembunuh yang sudah
membunuh 99 nyawa orang. Apakah masih ada jalan bagi saya untuk bertaubat
?" Setelah mendengar penjelasan dari pemuda tadi, segera saja orang alim
tersebut menjawab. "Tidak, tidak ada ! Tidak ada taubat untukmu karena
perbuatan kamu itu terlalu sadis."
Mendengar jawaban orang alim tersebut semacam itu,
marahlah ia dan seketika itu pula dibunuhnya lagi orang alim itu. Kini genaplah
ia telah membunuh 100 nyawa orang. Karena hatinya ingin betul-betul bertaubat,
ingin menyudahi perbuatan keji ini dengan sungguh-sungguh, maka ia tetap
meneruskan untuk mencari lagi orang alim yang mau menerima penyesalannya.
Sambil berjalan ia merenung," Kiranya gerangan siapakah dan dimana dari
penduduk bumi ini yang terpandai dan alim? Kepadanya akan aku haturkan penyesalan ini." Bertemulah ia kepada orang alim yang lain. Kepada orang tua itu ia menceritakan bahwa ia sudah membunuh 100 orang.
Dan, dengan penganiayaan yang keji ini, ia mempertanyakan apakah masih ada
pintu taubat untuknya. Setelah mendengar keluh kesahnya dengan seksama, si
orang tua yang alim ini akhirnya memberikan jawaban yang dinati-nanti. "
Hai anak muda, tetap masih ada pintu taubat untukmu. Siapakah yang dapat
menghalangi bila saudara ingin bertaubat ? Pergilah kedusun "anu".
Disana ada banyak orang yang taat kepada Allah. Berbuatlah engkau sebagaimana
mereka berbuat. Dan janganlah engkau kembali kenegrimu sebab dinegrimu banyak
orang yang menyesatkan."
Setelah menerima
saran-saran dari orang alim tadi, maka berjalanlah pemuda yang ingin bertaubat
kearah dimana dusun itu ditunjukkan. Sayangnya ditengah-tengah perjalanan
mendadak ia meninggal dunia. Kematiannya yang mendadak membuat malaikat rahmat
dan malaikat siksa bertengkar. Pertengkaran ini mendebatkan, apakah orang ini
tergolong orang-orang yang dhalim atau tergolong orang-orang yang selamat. Dikatakan dhalim, tapi saat ia berjalan, ia
membawa niat ingin bertaubat dan betul-betul menyesali tiap-tiap perbuatannya.
Kata malaikat rahmat," Ia berjalan untuk bertaubat kepada Allah S.W.T
dengan sepenuh hati." Tapi kata malaikat
siksa," Ia belum pernah melakukan kebajikan sama sekali. Pekerjaannya
selalu membunuh. Dan ia pantas masuk neraka." Tak berapa lama, datanglah
malaikat menyerupai manusia yang diutus menjadi penengah diantara pertengkaran
itu. Ia berkata dengan tegas kepada malaikat-malaikat tersebut. " Ukur
saja diantara dusun yang dia tinggalkan dan dusun yang akan ia tuju. Ukuran mana yang lebih dekat, maka masukkanlah ia kepada golongan orang
sana."
Kemudian tempat dimana
orang dhalim itu terbujur tak bernyawa diukur terhadap dua dusun, yaitu
jaraknya terhadap dusun yang akan dituju dan terhadap dusun yang ditinggalkan.
Dusun yang dituju merupakan tempat tinggal orang-orang yang taat kepada Allah.
Alhamdulilah, ternyata hasilnya ia lebih dekat kepada dusun yang akan dituju.
Bedanya hanya kira-kira sejengkal saja. Maka pemuda itu tergolong orang yang
sudah bertaubat dan selamatlah dia.
No comments:
Post a Comment