Translate

Thursday, 13 December 2012

MENJAGA ISTIKAMAH

Menurut Ibnu Qoyyim, ada enam faktor yang mampu melahirkan istikamah dalam jiwa seorang muslim.
Rasulullah SAW bersabda kepada Abdullah bin Amr bin Ash, “Wahai Abdullah bin Amr, sesungguhnya setiap orang yang beramal memiliki puncaknya dan setiap puncak akan mengalami kefuturan (keloyoan). Maka barangsiapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada sunnah, maka ia beruntung dan barang siapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada bidah maka ia akan merugi.” (HR. Imam Ahmad).


Adapun enam faktor yang mampu membangkitkan keistikamahan seseorang adalah: Pertama, beramal dan melakukan optimalisasi. Kedua, berlaku moderat antara tindakan-tindakan melampaui batas dan menyia-nyiakan. Ketiga, tidak melampaui batas yang digariskan ilmu. Keempat, tidak menyandar pada faktor kontempor melainkan bersandar pada sesuatu yang jelas. Kelima, ikhlas. Keenam, mengikuti sunnah.

Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al Israa’: 36).

Muslim yang beristikamah dan komitmen dengan nilai-nilai kebenaran Islam dalam seluruh aspek kehidupannya akan mendapatkan dampak positif serta lezatnya buah kehidupan sepanjang hayat.
Lezatnya buah istikamah adalah kebenaran (keberanian, syaja’ah), ketenangan (ithmi’nan) serta penuh optimistis (tafa’ul).

Muslim yang selalu istikamah dalam hidup akan memiliki keberanian yang luar biasa. Ia tidak gentar menghadapi rintangan-rintangan dalam berdakwah. Allah SWT berfirman, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak) pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh). Sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian (itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Al-Hadiid:22-25).

Keistikamahan seorang muslim selain melahirkan ketenangan, kedamaian serta kebahagiaan juga akan memunculkan sikap optimis. Ia merasa tidak pernah lelah, gelisah yang akhirnya melahirkan frustasi dalam kehidupannya dan selalu tegar dalam berdakwah, serta selalu haus untuk menuntut ilmu. (ds).

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar