Menurut Ibnu Qoyyim, ada enam faktor yang mampu melahirkan istikamah
dalam jiwa seorang muslim.
Rasulullah SAW bersabda
kepada Abdullah bin Amr bin Ash, “Wahai
Abdullah bin Amr, sesungguhnya setiap orang yang beramal memiliki puncaknya dan
setiap puncak akan mengalami kefuturan (keloyoan). Maka barangsiapa yang pada
masa futurnya (kembali) kepada sunnah, maka ia beruntung dan barang siapa yang
pada masa futurnya (kembali) kepada bidah maka ia akan merugi.” (HR. Imam
Ahmad).
Adapun enam faktor yang
mampu membangkitkan keistikamahan seseorang adalah: Pertama, beramal dan
melakukan optimalisasi. Kedua, berlaku moderat antara tindakan-tindakan
melampaui batas dan menyia-nyiakan. Ketiga, tidak melampaui batas yang
digariskan ilmu. Keempat, tidak menyandar pada faktor kontempor
melainkan bersandar pada sesuatu yang jelas. Kelima, ikhlas. Keenam,
mengikuti sunnah.
Dalam sebuah ayat Allah SWT
berfirman, “Dan janganlah kamu mengikuti
apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS.
Al Israa’: 36).
Muslim yang beristikamah dan
komitmen dengan nilai-nilai kebenaran Islam dalam seluruh aspek kehidupannya
akan mendapatkan dampak positif serta lezatnya buah kehidupan sepanjang hayat.
Lezatnya buah istikamah
adalah kebenaran (keberanian, syaja’ah), ketenangan (ithmi’nan) serta penuh
optimistis (tafa’ul).
Muslim yang selalu istikamah
dalam hidup akan memiliki keberanian yang luar biasa. Ia tidak gentar
menghadapi rintangan-rintangan dalam berdakwah. Allah SWT berfirman, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi
dan (tidak) pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauhul Mahfuzh). Sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah. (Kami
jelaskan yang demikian (itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” (QS. Al-Hadiid:22-25).
Keistikamahan seorang muslim
selain melahirkan ketenangan, kedamaian serta kebahagiaan juga akan memunculkan
sikap optimis. Ia merasa tidak pernah lelah, gelisah yang akhirnya melahirkan
frustasi dalam kehidupannya dan selalu tegar dalam berdakwah, serta selalu haus
untuk menuntut ilmu. (ds).
No comments:
Post a Comment