Translate

Friday, 23 August 2013

HAKIKAT RAMADHAN

Sudah beberapa kali kita berjumpa Ramadhan. Bagaimana kita memaknai Ramadhan selama ini? Apakah kita menjalaninya dengan biasa-biasa saja? Ataukah kita benar-benar mengistime-wakan dan mengoptimalkannya untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik lagi?
Jika kita ingin benar-benar mengistimewakan dan mengoptimalkan Ramadhan, maka kita harus memahami hakikat Ramadhan. Berikut beberapa makna dan hakikat Ramadhan yang perlu kita pahami.

SYAHRUL MUHASABAH, bulan Ramadhan adalah bulan bercermin. Seberapa bersemangat dan seberapa mampu kita memanfaatkan Ramadhan pada setiap menit dan detiknya, merupakan indikasi ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dari sini kita bisa menilai diri kita sendiri, apakah kita termasuk hamba Allah yang dzalimun linafsihi (masih suka menganiaya diri sendiri), atau yang muqtashid (yang pas-pasan saja), ataukah yang sabiqun bil khairat (yang bergegas dalam melaksanakan berbagai kebaikan). Ramadhan juga merupakan sarana yang sangat tepat untuk bercermin diri. Sebuah hadits muttafaq ‘alaih menyatakan bahwa selama bulan Ramadhan syetan-syetan telah dibelenggu tetapi kita masih saja melakukan dosa dan kemaksiatan, maka seperti itulah diri kita sebenarnya.
SYAHRUR RAHMAH, Ramadhan adalah bulan limpahan rahmat. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan atas kamu berpuasa di bulan ini. Barangsiapa tidak mendapat bagian kebaikannya, maka sungguh berarti ia telah dijauhkan dari rahmat Allah.“ Bulan Ramadhan, Allah mencurahkan segenap rahmat-Nya melebihi pada bulan-bulan selainnya. Pada bulan Ramadhan Allah melipat gandakan amal kebaikan, memberikan semangat ketaatan kepada hamba-hamba-Nya, dan bahkan memberikan sesuatu yang sangat luar biasa yaitu malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Sangatlah rugi manakala tidak kita manfaatkan Bulan Ramadhan ini bulan yang penuh rahmat Allah yang sangat besar.
SYAHRUT TAUBAH. Bulan Ramadhan adalah bulan taubat. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan berharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” Beliau juga bersabda, “Barangsiapa berdiri (menegakkan shalat malam, shalat tarawih) pada bulan Ramadhan atas dasar iman dan berharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” Jadi apalagi yang kita tunggu? Marilah kita perbanyak ibadah dan memohon ampunan kepada Alalh SWT, agar Ramadhan ini dapat menjadi penghapus dosa-dosa kita.
SYAHRUSH SHIYAM. Bulan Ramadhan adalah bulan puasa. Puasa yang sejati tidaklah cukup dengan meninggalkan makan, minum dan hubungan suami istri di siang hari. Lebih dari itu puasa yang sejati adalah puasa yang bersifat total, yakni mempuasakan segala anggauta tubuh kita akal, pikiran, hati, mata, telinga, lidah, tangan dan kaki dan anggauta tubuh lainnya semua kita puasakan dari berbagai bentuk dosa dan kemaksiatan. Sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan yang keji, maka sekali-kali Allah tidak butuh dengan puasanya yang hanya meninggalkan makan dan minum saja” (HR. Ahmad).
SYAHRUL QUR’AN. Bulan Ramadhan adalah bulan Qur’an. Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an. Pada setiap bulan Ramadhan Rasulullah SAW selalu melakukan tadarrus Al-Qur’an bersama malaikat Jibril. Beliau ingin memberikan teladan kepada kita semua agar berinteraksi dengan Al-Qur’an seakrab mungkin. Interaksi itu meliputi banyak hal, membacanya, memahami maknanya, mengamalkan dan mendakwahkannya. Akan sangat baik jika kita berusaha menghafalkan sesuai kemampuan yang kita miliki.
SYAHRUL INFAQ WASH SHADAQAH. Bulan Ramadhan adalah bulan infaq dan shadaqah. Ramadhan bukan hanya kesempatan beribadah secara vertikal saja, tetapi juga kesempatan emas untuk menanam kebajikan kepada sesama. Banyak berinfaq bersedekah. Kita merasakan kelaparan dan kehausan, sudah selayaknya kalau kita bersimpati kepada saudara-saudara kita yang kehausan dan kelaparan. Demikian yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Sebuah riwayat menyatakan bahwa, kedermawanan beliau di bulan Ramadhan sampai menyerupai angin yang bertiup.
Demikian beberapa makna dari hakikat Ramadhan, jika kita telah memahami selanjutnya implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Harapan kita, keluar dari Ramadhan kita telah menjadi pribadi yang lebih bertaqwa, la’allakum tat taqun. (ds). Disaring dari berbagai sumber.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar