Translate

Friday 23 August 2013

SUNNATULLAH


Allah SWT telah membuat ketetapan (sunnah) yang selalu berlaku bagi makhluk-Nya, yang tidak pernah akan berubah maupun berganti, kapan dan dimanapun manusia hidup, kapan dan dimanapun manusia hidup, akan mendapatkan ketetapan Allah itu sebagai sesuatu yang berlaku. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. “Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergulirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); Dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada.” (QS. Ali Imran:140).
Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan segala kuasa-Nya akan mengubah keadaan hamba-hamba-Nya sesuai yang dikehendakinya. Kadang kala manusia mengalami kesempitan (kekurangan) namun kadang kala manusia mendapat keluasan (harta), suatu saat kaya raya, namun saat lain jatuh miskin. Demikian juga suatu waktu manusia dipuja-puja namun di lain waktu dihinakan, kemarin menjadi pejabat tapi hari ini menjadi rakyat. Oleh karena itu tidak selayaknya seorang manusia berputus asa dari rahmat Allah ketika mendapat kesempitan hidup. Karena ketika kondisi sempit maka urusan akan menjadi lapang, ketika tali melilit dengan kuat pertanda mendekati putus manakala malam semakin gulita pertanda mendekati fajar. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(QS. Alam Nasyrah 5-6).
Hikmah dari Allah Subhannahu wa Ta'ala bahwa Dia menciptakan sesuatu secara berpasangan, yaitu adanya dua hal yang bertentangan. Yang demikian itu adalah hal yang lumrah yang akan terjadi di setiap saat dan di mana saja. Namun masing-masing mempunyai batas yang telah ditetapkan.
Al-Qur’an telah memberikan petunjuk tentang hal itu, banyak  kisah dalam Al-Qur’an yang menggambarkan kehidupan sebuah umat, bangsa atau pun pribadi yang mereka dulunya dalam suatu keadaan, lalu Allah mengubah keadaan mereka dengan sebaliknya. “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (Mu'min).” QS. Ali Imran:179). Dalam firman-Nya yang lain, “Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman.” Sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut:1-2). Kalau saja tidak ada ujian dan cobaan, maka tidak akan diketahui mana orang-orang yang benar-benar beriman, dan mana orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. (ds)

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar