“Kemudian Kami jadikan kamu
pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami
memperhatikan bagaimana kamu berbuat.”
(QS. Yunus 14).
Kekuasaan
adalah milik Allah dan berada sepenuhnya di tangan Allah. Dia memberikan kepada
yang dikehendaki dan mencabutnya dari yang dikehendaki. Namun ada sunnatullah
tentang pemberian kekuasaan oleh Allah (istikhlaf) di muka bumi. Allah
Subhannahu wa Ta'ala menciptakan manusia agar menjadi pengelola (khalifah) di
muka bumi ini, supaya diketahui bagaimana amal perbuatan mereka. Dan istikhlaf
(hak pengelolaan) ini bersifat umum, berlaku sama antara yang baik dengan yang
buruk, yang mukmin dengan yang kafir dan ini merupakan ujian bukan istikhlaf
untuk kecintaan dan kemuliaan dari Allah. Sebab istikhlaf yang demikian hanya
khusus kepada para nabi dan orang-orang shaleh yang mengikuti petunjuk mereka.
Dan
untuk mendapat istikhlaf kecintaan dan kemuliaan Allah ada banyak syarat yang
harus dipenuhi, kalau syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka janji Allah juga
akan terpenuhi sebagaimana firman-Nya. “Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu yang
mengerjakan amal-amal yang shaleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu , maka mereka itulah orang yang fasik.” (QS. An-Nuur:55). Ketetapan
Allah ini telah berlaku bagi umat-umat yang terdahulu dan akan berlaku bagi
orang-orang yang datang kemudian, namun tentu dengan syarat-syarat iman yang
benar, amal yang shalih, istiqamah atas segala perintah Allah dan menegakkan
ketetapan hukum-Nya. (ds) disaring dari berbagai sumber.
No comments:
Post a Comment