pict:wikipedia |
Nama
lengkapnya adalah al-Malik an-Nasir Shalahuddin Yusuf bin Ayyub bin Syadzi bin
Marwan. Lahir di benteng Tirkit. Pada hari lahirnya, ia dan keluarganya harus
pindah ke Mosul dan bekerja pada pemerintahan Imadudiin Zanki.
Shalahuddin
memulai perjalanan hidupnya dengan menjadi pembantu pamannya yang bernama
Syirkuh. Setelahnya, ia menjadi sekretaris Nuruddin Mahmud bin Zanki. Antara
tahun 1163 M dan 1169 M, Shalahuddin menyertai ekspedisi militer ke Mesir
sebanyak tiga kali bersama pamannya.
Akhirnya,
pasukan tersebut berhasil menguasai lokasi itu. Ketika akhirnya Syirkuh wafat,
tak lama kemudian Shalahuddin dipercaya untuk menggantikan kedudukannya. Dua
tahun selepas memimpin, Shalahuddin menghapuskan Dinasti Fatimiyah.
Pada
tahun 1174 Masehi, Nuruddin Zanki wafat. Ketika itu Shalahuddin merupakan emir
yang paling kuat di wilayah Mesir, Suriah dan Mesopotamia. Secara bertahap, ia
menyatukan wilayah-wilayah di sekitarnya dan kemudian mendirikan Dinasti
Ayyubiyah.
Tiga
belas tahun setelah wafatnya Zanki, tepatnya pada tahun 1187 Masehi,
Shalahuddin dan pasukannya berhasil mengalahkan orang-orang Frank dalam Perang
Hattin, merebut kembali al-Quds dan menguasai sebagian besar wilayah kekuasaan
Frank.
Peristiwa
inilah yang memicu terjadinya Perang Salib III. Dalam peperangan besar itu, ada
tiga raja Eropa yang terlibat; Frederick Barbarossa (Jerman), Philip Augutus
(Perancis) dan Richard the Lionheart (Inggris). Pada perang ini, orang-orang
Frank berhasil merebut kembali wilayah pantai antara Acre dan Jaffa.
Meskipun,
mereka tak berhasil merebut kembali wilayah al-Quds dan sebagian besar wilayah
lainnya. Perang ini berakhir dengan perdamaian yang terjadi pada tahun 1192
Masehi. Setahun setelah itu, Jenderal Shalahuddin yang gagah berani
menghembuskan nafas terakhirnya.
Beliau
wafat pada hari Rabu, 27 Safar 589 Hijriyah bertepatan dengan 3 Maret 1193
Masehi. Didahului oleh demam yang semakin parah, beliau menghadap kepada Allah
Swt tak lama setelah waktu Subuh hari itu.
Meski
namanya harum nan dikenang sejarah dengan tinta emasnya, Shalahuddin wafat
tanpa meninggalkan harta pribadi, kecuali satu keping dinar dan tiga puluh enam
atau empat puluh dirham. Beliau tak meinggalkan kuda, tanah, maupun rumah
pribadi.
Semoga
Allah ‘Azza wa Jalla menerima semua amal baik Shalahuddin dan memberikan
kekuatan kepada kita untuk meneladaninya. [Pirman] http://kisahikmah.com/
No comments:
Post a Comment