Translate

Friday, 5 February 2010

Nasehat dan Pesan Para Perindu Bidadari


 Nasehat dan Pesan  Para Perindu Bidadari        
Nasehat
Syaikh Abû ‘Umar As-Saif
(Mufti Mujahidin Chechnya) tanggal 29 Ramadhan 1424 H

Segala puji hanya milik Alloh robbul ‘Âlamîn, semoga sholawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga serta seluruh shahabatnya. Ammâ ba‘d…
Sesungguhnya tegak serta menangnya dîn ini adalah dengan adanya kitab pemberi petunjuk dan pedang sebagai pembela. Sebagaimana firman  Alloh ta‘âlâ:
{ لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ الحديد:25
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hadîd: 25)
Dan inilah jalan yang dilalui para shahabat radhiyallôhu ‘anhum di mana mereka berpegang teguh dengan Kitâbullôh dan Jihad fi Sabîlillâh, akhirnya mereka berhasil meraih kemenangan (kekuasaan/ tamkîn) yang sempurna di muka bumi dikarenakan keimanan mereka yang sempurna serta amal shaleh yang mereka kerjakan. Alloh ta‘âlâ berfirman,
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا      سورة النور: 55
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. (QS. An-Nûr : 55)
Di kala generasi setelah mereka mulai berkurang dalam menegakkan apa yang Alloh wajibkan kepada mereka berupa berpegang teguh kepada Kitabullôh dan Jihad, berkurang pulalah kekuasaan mereka, sebanding dengan berkurangnya sikap berpegang teguh mereka kepada terhadap Kitabullôh dan Jihad Fî Sabîlillâh. Di antara indikasi yang melemahkan kondisi ummat serta menjadikannya cacat dari sifat Thô’ifah Manshûroh serta menjadikan ilmu dan jihad menjadi bagian yang terpilah adalah : Minimnya penuntut ilmu yang berangkat ke medan Jihad, padahal Rosulullôh Shollallôhu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
( لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ )
الحديث رواه مسلم كتاب الإيمان: 395.  
“Akan selalu ada sekelompok dari umatku yang berperang di atas kebenaran, mereka akan selalu menang hingga (menjelang) hari kiamat.” (HR. Muslim Kitab Al Iman: 395)
Sehingga, hampir tidak ada panji jihad yang dikibarkan di sebuah negeri, melainkan engkau lihat di sana para mujahidin berlomba menuju bumi jihad, mereka ingin terbunuh dan mencari mati di tempat yang menjadi persangkaan mereka. Namun, engkau tidak akan melihat di antara mereka dari kalangan para penuntut ilmu yang mau menegakkan kewajiban fardhu kifâyah berupa mengajari kaum muslimin di bumi jihad serta mengarahkan mereka dan menyerukan kepada umat akan kondisi mereka. Bahkan, sebagian mereka yang menisbatkan dirinya kepada ilmu tak hentinya melakukan dosa qu’ûd (duduk tidak berangkat berjihad, penerj.) serta tidak mau menghentikan sikap itu. Mereka justru mengendorkan semangat kaum muslimin dari berjihad, menahan mereka dari membela para mujahidin dan menyebarkan berbagai isu melemahkan serta menakut-nakuti mereka akan musuh.
Kondisi umat islam yang mulai bangkit berjihad serta kembali aktualnya kewajiban ini, merupakan sebuah kesempatan bagi para penuntut ilmu yang jujur untuk mulai berhijrah, berjihad fî sabîlillâh, mengarahkan ummat serta berusaha untuk menegakkan din Alloh di muka bumi. Alloh ta’âlâ berfirman,

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً

سورة النساء : 100

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak...” (QS. An-Nisâ’: 100)
Di sini, Alloh memberikan dorongan untuk berhijrah di jalan-Nya dengan menerangkan bahwa seorang Muhâjir akan mendapatkan tempat yang akan menampungnya dan menjadikan musuh-musuh Alloh ta‘âlâ marah, serta mendapatkan kelapangan dalam arti semua bentuk kelapangan. Bisa bermakna kemantaban moril dan adanya solusi; seperti kelapangan dalam hidayah, dakwah dan berjihad di Jalan Alloh serta kelapangan rezeki, kelapangan ketika menghadapi kesedihan dan kesulitan di saat berdekatan dengan musuh-musuh Alloh yang dzalim, kelapangan ketika harus tinggal di bawah kekuasaan mereka serta ketidak mampuan dalam menegakkan kalimat tauhid dan memberlakukan syari‘at Alloh di bawah kekuasaan mereka. Kelapangan untuk memisahkan diri dari tandingan-tandingan Alloh dan para thoghut dari kalangan mereka yang telah murtad serta dari segala undang-undang positif yang berlaku di negeri tersebut. Kelapangan dari sempitnya kelemahan, kehinaan dan kemiskinan di bawah kungkungan hukum dan kedzaliman para thoghut menuju kepada kehidupan penuh Izzah, kekuatan, jihad serta Tamkîn (kekuasaan) di muka bumi.

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar