Translate

Tuesday, 16 December 2014

NAFS AL-MULHAMAH

NAFS AL-MULHAMAH

Nafs Al-Mulhamah, adalah sifat-sifat Tauhid yang membawa manusia kepada keyakinan tentang kebenaran Illahi. Sifat-sifat yang timbul dari nafsu al-mulhamah adalah: tidak menyayangi harta benda (pemurah/dermawan), merasa cukup dengan apa yang ada (qana’ah), merendahkan diri di hadapan Allah SWT (tadharru’), selalu memohon ampun akan dosa-dosa yang diperbuat dan dikerjakan (taubah), selalu sabar dalam menghadapi segala hal yang menimpa serta tenang dalam menghadapi segala kesulitan.


NAFS AL-MUTHMA’INNAH

Nafsu semacam ini diartikan sebagai jiwa yang tenang. Aspek rasio berkembang secara optimal, akal berfungsi maksimal. Nafsu al-muthma’innah memancarkan sifat-sifat syukr, wana’ah, dzauq, mahabbah, zuhd, shabr, ikhlas, ridha dan dzikir-al-maut (mengingat mati).


TAKLID

“Janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan atasnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra’:36).

Mengikuti pendapat orang lain baik dalam ucapan perbuatan maupun keyakinan tanpa didasarkan argumen maupun dalil-dalil yang benar, dinamakan taklid. Sikap taklid seseorang di dalam beragama dapat terjadi dalam dua hal:

1.      Taklid dalam urusan akidah, yakni keimanan seseorang kepada Allah SWT dan Rasul-Nya tanpa didasarkan pada dalil akal yang mendukung kebenaran imannya, hanya didasarkan pada apa yang ditemukannya dari orang lain.
2.      Taklid dalam masalah ibadah, yakni amal ibadah seseorang yang berpijak pada apa yang ditemukannya dari orang lain, terutama para ulama, tanpa mengetahui apa, dari mana, dan bagaimana dia memahami makna dari sumber yang aslinya.

Para ulama salaf berpendapat, tentang kedua macam taklid tersebut. Orang-orang awam diperbolehkan taklid walaupun mereka tidak mengerti ibadah yang mereka lakukan. Sebab mereka akan kesulitan apabila disyaratkan mendalami dan memahami persoalan syariah. Sedangkan orang-orang yang taklid dalam urusan akidah para ulama salah tidak membolehkannya karena orang yang taklid masalah akidah dianggap tidak sah keimanannya. Seseorang harus berusaha memahami keyakinan dan akidahnya yang didukung dengan ilmu pengetahuan (ma'rifat). Kebodohan dalam memahami keyakinan terhadap Allah – Azza Wa Jalla, adalah celah yang dapat menjerumuskan manusia pada kesesatan. Karena keyakinan kepada Allah SWT merupakan asas keimanan, keadaan seperti ini dilukiskan oleh Allah SWT dalam sebuah firman-Nya: “Diantara manusia ada yang membantah tentang Allah (membicarakan keyakinan kepada Allah) tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setap setan yang sangat jahat. yang telah ditetapkan terhadap setan itu, bahwa barang siapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawa ke azab neraka.” (QS. Al-Hajj:3-4). Ds. Disaring dari berbagai sumber.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar