NAFS AL-MULHAMAH
Nafs Al-Mulhamah, adalah
sifat-sifat Tauhid yang membawa manusia kepada keyakinan tentang kebenaran
Illahi. Sifat-sifat yang timbul dari nafsu al-mulhamah adalah: tidak menyayangi
harta benda (pemurah/dermawan), merasa cukup dengan apa yang ada (qana’ah),
merendahkan diri di hadapan Allah SWT (tadharru’), selalu memohon ampun akan
dosa-dosa yang diperbuat dan dikerjakan (taubah), selalu sabar dalam menghadapi
segala hal yang menimpa serta tenang dalam menghadapi segala kesulitan.
NAFS AL-MUTHMA’INNAH
Nafsu semacam ini diartikan
sebagai jiwa yang tenang. Aspek rasio berkembang secara optimal, akal berfungsi
maksimal. Nafsu al-muthma’innah memancarkan sifat-sifat syukr, wana’ah, dzauq,
mahabbah, zuhd, shabr, ikhlas, ridha dan dzikir-al-maut (mengingat mati).
TAKLID
“Janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
atasnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan dimintai
pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra’:36).
Mengikuti pendapat orang lain
baik dalam ucapan perbuatan maupun keyakinan tanpa didasarkan argumen maupun
dalil-dalil yang benar, dinamakan taklid. Sikap taklid seseorang di dalam
beragama dapat terjadi dalam dua hal:
1.
Taklid dalam urusan akidah, yakni keimanan seseorang
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya tanpa didasarkan pada dalil akal yang mendukung
kebenaran imannya, hanya didasarkan pada apa yang ditemukannya dari orang lain.
2.
Taklid dalam masalah ibadah, yakni amal ibadah
seseorang yang berpijak pada apa yang ditemukannya dari orang lain, terutama
para ulama, tanpa mengetahui apa, dari mana, dan bagaimana dia memahami makna
dari sumber yang aslinya.
Para ulama salaf berpendapat, tentang kedua macam taklid
tersebut. Orang-orang awam diperbolehkan taklid walaupun mereka tidak mengerti
ibadah yang mereka lakukan. Sebab mereka akan kesulitan apabila disyaratkan
mendalami dan memahami persoalan syariah. Sedangkan orang-orang yang taklid
dalam urusan akidah para ulama salah tidak membolehkannya karena orang yang
taklid masalah akidah dianggap tidak sah keimanannya. Seseorang harus berusaha
memahami keyakinan dan akidahnya yang didukung dengan ilmu pengetahuan
(ma'rifat). Kebodohan dalam memahami keyakinan terhadap Allah – Azza Wa Jalla,
adalah celah yang dapat menjerumuskan manusia pada kesesatan. Karena keyakinan
kepada Allah SWT merupakan asas keimanan, keadaan seperti ini dilukiskan oleh
Allah SWT dalam sebuah firman-Nya: “Diantara
manusia ada yang membantah tentang Allah (membicarakan keyakinan kepada Allah)
tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setap setan yang sangat jahat. yang telah
ditetapkan terhadap setan itu, bahwa barang siapa yang berkawan dengan dia,
tentu dia akan menyesatkannya, dan
membawa ke azab neraka.” (QS. Al-Hajj:3-4). Ds. Disaring dari berbagai
sumber.
No comments:
Post a Comment