Translate

Friday, 15 May 2020

CARA AL-QUR’AN DALAM BERHUBUNGAN DENGAN ORANG YANG BERSEBERANGAN

Hidup ini mudah, apabila kita hidup bersama orang-orang yang sejalan. Hidup ini indah tatkala kita hidup bersama orang-orang yang satu pemikiran, karena ruh manusia selalu mencari yang satu tipe dengannya. Dan hal ini juga disebutkan dalam berbagai hadits yang mashur. Namun dalam kenyataannya tidak bisa dipungkiri bahwa manusia tidak bisa hidup dengan orang-orang yang cocok dan sejalan saja. Pasti suatu saat akan menemukan orang-orang yang tidak sejalan bahkan berseberangan dalam berbagai hal.

Islam tidak pernah mengerjakan mengajarkan agar umatnya mengurung diri dan menjadi eksklusif sehingga tidak mau berhubungan dengan selain golongannya. Agama ini selalu terbuka dengan siapapun dan tidak pernah mengajarkan untuk berlaku rasis dan membeda-bedakan.

Lalu bagaimana Al-Qur’an mengajari kita untuk berhubungan dengan orang atau masyarakat yang berbeda bahkan berseberangan? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Satu, ingatlah selalu bahwa perbedaan itu selalu ada selamanya. Tidak ada seorangpun yang bisa mencabut ketentuan ini. Firman Allah SWT, “Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang stau, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat).” (QS. Hud: 118).

“Dan sekiranya Allah menghendaki, tentu Dia jadikan mereka semua mengikuti petunjuk, sebab itu janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-An’am:35). Maka selamanya akan bermunculan orang-orang yang baik dan yang jahat, yang ramah, yang keji, yang beriman dan yang ingkar, yang pintar dan yang bodoh, yang menjaga amanat dan yang berkhianat. Semua karena manusia bebas menentukan pilihannya, Tak akan seorangpun bisa memaksakan sebuah keyakinan ke dalam hati orang lain. Sebagaimana raga setiap orang berbeda maka hati dan pola fikirnya pun berbeda. Perbedaan adalah hal yang alami. Barangsiapa yang memaksakan kehendaknya agar orang lain sama dengan dirinya maka ia telah melawan fitrah yang telah Allah tanamkan dalam diri setiap manusia.

Kedua, berbuat adillah kepada siapapun, kepada yang sejalan maupun yang berseberangan. AL-Qur’an selalu mengajarkan untuk berbagai kebaikan kepada orang yang berbeda dengan kita. Jangan sampai kita berlaku tidak adil kepada seseorang hanya karena ia berbeda.

Jangan mudah memvonis jika kita melihat kesalahan di pihak seberang. Teliti dahulu apa yang sebenarnya terjadi dan dimana letak kesalahan yang sebenarnya.

Jangan mudah menggeneralisir bahwa di kelompok seberang semua buruk, semua busuk. Pasti di fihak sana juga adalah ay baik dan berhati mulia walau berbeda pandangan dengan kita. Begitulah Al-Qur’an mengajarkan. Allah berfirman: “Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara ahli kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (shalat). Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang shalih.” (QS. Ali ‘Imran:113). Dalam ayat yang lain Allah berfirman, “Dan diantara ahli kitab ada yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikan kepadamu. Tetapi ada (pula) diantara mereka jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya.” (QS. Ali ‘Imran: 75).

Ketiga, yang membuat engkau kesulitan untuk hidup bersama orang-orang yang berbeda, ada anggapanmu bahwa mereka berhak mendapat murka dari Allah dan siksa dari Allah SWT. Lalu bagaimana engkau akan hidup rukun dengan orang-orang yang berbeda denganmu jika kau menganggap mereka tak pantas untuk hidup di bumi Allah SWT? Karena itu Qur’an selalu menjelaskan bahwa hisab itu ada di akhirat, bukan di dunia. Maka jangan mudah memvonis orang lain seakan engkau mengambil alih kewenangan Allah SWT, dan jika mereka membantah engkau, maka katakanlah, “Allah lebih tahu apa yang mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang dahulu kamu perselisihkannya.” (QS. Al-Hajj: 68). Wallahu’alam bi shawab.

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar