Tak dapat diingkari banyak orang tak mau berpikir tentnag kematian. Dalam kehidupan yang modern ini orang bisanya menyibukkan diri dengan hal-hal yang bertolak belakang dari kematian. Manusia sering berfikir tentang kuliah di mana, makanan apa yang akan disantap, berakhir pekan ke mana dan sederet rencana yang lain. Kebiasaan diartikan sebagai rutinitas keseharian. Pembicaraan seputar maslah kematian seringkali tidak menarik dan sering di cela, bagi mereka yang kurang nyaman mendengarnya. Mereka beranggapan bahwa kematian akan terjadi bila telah lanjut dan uzur. Padahal tidak ada jaminan seseorang akan hidup dalam satu jam atau satu detik berikutnya. Firman Allah SWT. ,”Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami, kamu dikembalikan.”(QS. Al Ankabuut:57)
Ketika kematian tiba, semua kenyataan hidup lenyap. Seorang manusia seperkasa apapun, sekaya apapun, sepintar apapun, tidak ada apap-apanya lagi selain seonggok daging. Tubuh yang terbujur kaku dan diam, setelah dimandikan dan dikafani jadilah ia sebuah jenazah. Setelah dikubur dan diuruk tanah maka kahirlah cerita kehidupannya.
Dalam kubur jasad akan rusak dan membusuk dan berbau yang akhirnya tinggal kerangka. Seandainya Allah SWT. Berkenan itu semua tidak terjadi, namun semua ini mempunya makna yang tersembunyi yang sangat penting. Akhir kehidupan yang maha dahsyat, mengingatkan manusia dan menyadarkan dirinya, bahwa ia bukan hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang dibungkus dalam tubuh. Harus disadari bahwa manusia memiliki eksistensi di luar tubuhnya. Manusia yang diciptakan seorang diri, harus selalu waspada dan menyadarai bahwa ia akan mati seorang diri pula. Modal yang dapat dibawa ketika seorang diri hanyalah amalnya saja. (ds)
No comments:
Post a Comment