Setiap orang yang percaya kepada Allah, malaikatnya, para nabi dan rosulnya, kitab-kitab suci yang pernah diturunkannya, akan datangnya hari kiamat serta percaya pada takdir ketentuan Allah disebut orang beriman atau mukmin. Sedangkan ke-IMAN-an ter-sebut harus diyakini dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari di dalam suatu komunitas dimana ia berada. Ada suatu perumpamaan, bahwa kehidupan orang beriman diibaratkan seperti kehidup an lebah.
Jika kita perhatikan ada 4 hal yang bisa diteladani dari kehidupan lebah, dikaitkan dengan kehidupan orang mukmin, yaitu :
1). Lebah selalu memakan sari pati bunga, artinya sebagai mukmin selalu berhati-hati dalam memilah dan memilih makanan, tidak asal enak, lezat dan menge nyangkan perut. Sebagai mukmin kita mesti selektif ter hadap makanan yang kita makan, selain memilih makanan yang bersih, sehat dan bergizi juga harus yang ”halalan thoyyiba”. Karena makanan sebagai sumber energi untuk hidup dan kehidupan kita, mana kala makanan kita tidak jelas asal-usulnya, atau secara fisik termasuk yang dilarang agama; tentu akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan jasmani, rokhani dan mental kita.
2). Lebah selalu menghasilkan madu sebagi produk metabolisme sekundernya. Madu lebah tsb sangat ber manfaat untuk makhluk lain termasuk manusia. Mukmin sejati selalu mendambakan dalam kehidupan nya untuk menjadi ’khoirun nas yan-fa’uhum bin nas’ sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat kepada manusia lain. Oleh karena itu sikap, perkataan dan perbuatan kita seharusnya selalu bermanfaat, bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga orang lain bahkan makhluk lain. Jangan sampai sebaliknya perkataannya, perbuatannya bahkan sikapnya selalu menyakiti orang lain dan marugikan fihak-fihak lain.
3). Lebah, jika bikin rumah di ranting pohon yang paling kecilpun pantang membuat ranting tersebut patah. Artinya sebagai mukmin, dimanapun kita berada dan bertempat tinggal pantang membuat keonaran di masyarakat lingkungannya. Tidak termasuk mukmin yang baik jika tetangganya tidak bisa merasa aman karena ulahnya. Bukan mencerminkan perilaku mukmin sejati yang selalu membuat kerusakan lingkungan, tebang pohon sembarangan, buang sampah tidak pada tempatnya, meludah sembarangan di tempat umum, suka bikin gaduh dan kerusuhan di masyarakat, kebut-kebutan di jalan raya, provokator dan suka melakukan adu domba kepada orang yang berselisih dan sebagainya.
4). Lebah, jika kehidupannya diganggu maka pantang untuk menyerah, kemanapun pengganggu pergi selalu dikerjar bahkan menyelampun ditunggui di atasnya. Seorang mukmin jika aqidah dan keyakinannya dihina, dicaci maki dan dinodai; maka tidak segan-segan untuk membela kehormatan diri dan keyakinannya bahkan rela berkurban apa saja walaupun harus nyawa sebagai taruhanya, karena baginya aqidah, keyakinan dan keimanan adalah harga mati yang tidak mengenal kompromi dan tidak bisa ditawar sedikitpun. Dalam sejarah kita ingat kisah keluarga Masyitoh, salah satu pembantu Fir’aun yang tetap mempertahankan aqidah walaupun harus menjalani hukuman yaitu direbus hidup-hidup. Makamnya tercium harum saat rosulullah melakukan perjalanan isrok dan mi’roj.
Demikian, 4 keteladanan kehidupan lebah madu bagi kita orang beriman. Akhirnya semoga bermanfaat dan mohon maaf atas salah dan khilaf.Katno
No comments:
Post a Comment