Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa salah satu misi diutusnya Rasulullah Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlaq atau budipekerti umat manusia. Hal ini disampaikan dalam sabdanya ”tidaklah Allah mengutusmu (Muhammad) kecuali untuk menyempurnakan akhlaq”. Ketinggian akhlaq rasulullah SAW tersebut diberlakukan kepada semua orang baik kawan maupun lawan, dan ternyata hal itu banyak membantu keberhasilan dakwah beliau dalam menyebarkan risalah islam di muka bumi ini.
Salah satu kisah diceritakan bahwa setiap pergi ke masjid selalu diludahi oleh seorang Yahudi yang kebetulan tempat tinggalnya di sekitar masjid. Suatu hari orang yang jadi langganan meludahi rosul itu absen tidak meludahi. Maka setelah usai sholat jama’ah rosulpun mencari tahu, kemana ”langganan” nya tersebut. Setelah tanya kesana kemari ternyata di peroleh informasi bahwa orang Yahudi yang biasa meludahinya lagi sakit. Rosul bergegas pulang dan menyampaikan kepada istrinya agar mempersiapkan kurma dalam bingkisan kecil untuk dibawa menjenguk orang sakit. Maka Aisah (istri rosulullah) mempersiapkannya, kemudian rosul membawa bingkisan tersebut ke tempat orang Yahudi yang biasa meludahinya tadi.
Sesampainya di rumah orang (Yahudi) tersebut, rosulullah menyampaikan salam dan permisi untuk diperkenankan masuk. Betapa terperanjatnya orang Yahudi yang lagi sakit tersebut, kagum kepada perilaku rasulullah yang selalu dihinanya dengan meludahi setiap pergi ke masjid, tetapi disaat dia (Yahudi) sakit, orang lain belum ada yang menjenguknya justru rosulullah datang menjenguknya, memperhatikan nya, menghiburnya dan mendo’akan kesembuhan baginya. Maka orang Yahudi tersebut, menyadari kesalahanya dan meminta maaf kepada rosulullah bahkan lebih dari itu dia insyaf dan saat itu pula menyatakan diri untuk berikrar dua kalimat syahadat sebagai pertanda dia masuk islam.
Ada pelajaran berharga yang dapat diambil dari kisah tersebut, yakni ketinggian akhlaq rasulullah SAW dan ketulusannya dalam menetrapkan strategi dakwah beliau. Islam sebagai ’rahmatan lil ’alamin’ sudah barang tentu harus disebarkan luaskan dengan pen dekatan persuasip yang bijaksana dengan cara-cara yang baik dan terpuji (bil hikmah wal mau’idhatil hasanah). Bukan dengan kekerasan, kebencian dan ancaman-ancaman yang menakutkan. Pepatah Jawa mengatakan ”keno iwake tanpo butheg banyune” artinya sasaran dan target tercapai tanpa harus mencemarkan lingkungan sekitar nya. Umat islam yang menjadikan rosulullah sebagai figur anutan dan tauladan, sudah barang tentu harus menteladani segala sepak terjang beliau dalam hidup dan kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin termasuk dalam menyampaikan risalah islam di muka bumi ini, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa dalam diri rosulullah benar-benar terdapat suri tauladan yang baik yang mesti diteladani bagi setiap umat manusia, khususnya umat islam. Kita ingat bahwa ada 5 hal kunci keberhasilan dakwah Rosululloh SAW, yaitu (1). Sejak kecil telah terbiasa ditempa penderitaan yang bertubi-tubi (2). Didasari pada ketinggian akhlaq, ingat firman Allah dalam (QS.Al-Baqarah:263)”perkataan yang baik dan memberi maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi perilaku yang menyakitkan hati..” (3). Satunya kata dan perbuatan, kata beliau ANA AWWALU WAJIBU ’ALA MA AMAROTUKUM BIHI, aku adalah pelaku pertama terhadap apa-apa yang aku perintahkan pada kalian (4). Ditunjang oleh keberadaan para sahabatnya yang bervariai dalam skil dan keahlian dan (5). Selalu bersandar kepada yang serba maha, yakni Allah ’azza wajalla. Demikian, semoga bermanfaat. Katno
No comments:
Post a Comment