Translate

Thursday 19 January 2012

ILMU LEBIH MULIA DARIPADA HARTA

Dikisahkan bahwa suatu hari ada beberapa anak muda yang menghadap Khulafaur rosyidin ke-4 yaitu Ali bin Abi Tholib. Kedatangan para pemuda tersebut menanyakan kepada khalifah, sebenarnya mana yang lebih mulia antara harta dan ilmu. Maka dituturkan bahwa menurut Sayidina ‘Ali Rodhiyallohu’anhu, ILMU itu lebih mulia dari pada harta dengan sepuluh kemuliaan :
1.    Ilmu pengetahuan merupakan warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan Qorun
2.    Ilmu menjaga pemiliknya, adapun harta pemiliknya yang menjaga dan memeliharanya.
3.    Orang yang berilmu banyak sahabatnya, sedangkan orang yang berharta banyak musuhnya
4.    Ilmu jika diberikan (diajarkan) kepada orang lain akan bertambah, sebaliknya harta jika diberikan orang lain akan berkurang.
5.    Ilmu tidak dapat dicuri dan akan tetap berada pada pemiliknya, sedangkan harta mudah dicuri dan dapat lenyap seketika karena musibah (kebkaran, banjir dll)
6.    Ilmu tidak bisa binasa sepanjang masa, sedangkan harta dapat habis dan lenyap karena masa dan usia
7.    Ilmu tidak ada batasnya, harta ada batasnya dan dapat dihitung jumlahnya
8.    Ilmu dapat memberi dan memancarkan sinar kebaik kan, menjernihkan pikiran dan hati serta menenang kan jiwa, sedangkan harta kekayaan pada umumnya menggelapkan jiwa dan hati pemiliknya
9.    Orang berilmu mencintai kebajikan dan sebutannya mulia, sedangkan orang berharta cenderung bersifat kikir dan bakil.
10.    ilmu lebih mendorong pemiliknya untuk mencintai Allah, sedangkan harta dapat membangkitkan rasa sombong, congkak dan takabur pemiliknya.

Dengan kesepuluh alasan tersebut, maka menurut Ali bin Abi Thalib karomallahu wajhah, jelas bahwa ilmu pengetahuan akan lebih mulia kedudukanya disbanding kan harta kekayaan. Namun memang tidak bisa di pungkiri bahwa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan juga tidak lepas dengan harta, buktinya kita sekolah juga harus pakai biaya, di pondok pesantrenpun perlu biaya. Tetapi jangan sampai dalam kehidupan ini hanya semata-mata untuk mengejar dan menumpuk harta kekayaan, sampai mengurbankan segala-galanya; yang akhirnya hanya akan menenggelam kan kita ke jurang kehinaan.

Jika sekarang ini kita berstatus sebagai orang tua dari anak-anak kita, jangan sampai beranggapan untuk selalu mewariskan pada anak cucu kita hanya harta yang melimpah, karena hal itu tidak ada jaminan untuk kebahagiaan mereka di masa mendatang. Bahkan bisa jadi harta warisan tersebut akan menimbulkan petaka karena menjadi rebutan diantara mereka. Akan lebih bijaksana jika kita mewariskan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang akan menjadi modal mereka untuk berusaha dalam mencukupi kebutuhanya kelak. 
 
Maka ada suatu ungkapan yang menarik untuk kita renungkan, jika kita mewariskan harta ibaratnya kita memberi lauk untuk makan anak cucu kita, namun bila kita mewaris kan ilmu ibaratnya kita memberi kail untuk mereka. Jika lauk habis mereka berhenti untuk makan dan tidak dapat mencari lauk sendiri, tetapi bila diberi kail mereka akan berusaha memanfaatkan kail tersebut untuk mencari ikan yang bisa  digunakan sebagai lauk dan dimakan. Jika ikan habis masih dapat mencari lagi karena kail masih ada di tangan mereka.  Katno

2 comments:

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar