Translate

Friday, 23 August 2013

BATASAN SENYUM


Senyum dan tertawa dapat memberi kesan yang baik di dalam kehidupan. Selama hal itu dilakukan secara wajar dan tidak berlebih-lebihan atau terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata. Tertawa tidak dilarang dengan Islam, bahkan Rasulullah SAW juga tertawa dan tersenyum. Namun, tertawa yang melampaui batas adalah tercela dan dilarang.
Abdul Majid S. Dalam buku Tertawa Yang Disukai Tertawa Yang Dibenci Allah mengatakan tertawa berlebihan dapat merusak akhlak.
Saat ini manusia hidup dalam dunia yang gelap, dimana setiap orang meraba-raba namun tidak menemukan denyut nurani, tidak merasakan sentuhan kasih, tidak melihat tatapan mata persahabatan yang tulus.
Dunia ini telah berubah menjadi hutan rimba, di ma­na bahasa globalnya merupakan kekuatan besi dan baja, bahasa bisnisnya persaingan, bahasa politiknya penipuan, bahasa sosialnya pembunuhan dan baha­sa jiwanya adalah kesepian dan keterasingan.

Sakitnya fisik hanya kita yang akan merasakan namun jika akhlak yang sakit tidak saja diri tetapi masyarakat akan ikut merasakan akibat negatifnya.
Betapa indahnya senyum yang tulus ikhlas dan kasih sayang. Betapa bahagianya jika sikap ramah dan  tolong-menolong menjadi kebiasaan. Hidup penuh makna dan berarti hanya akan kita dapatkan jika kita dapat mengusahakan kekuatan kebaikan yang ada pada diri kita, bukan justru mengembangkan potensi buruk yang senantiasa dipelihara oleh nafsu setan.
Akhlak terpuji merupakan salah satu kunci kesuk­sesan namun ironisnya sukar sekali kita meraihnya, padahal itu adalah pengukur sempurnanya iman ki­ta. Contohnya banyak di antara kita tertawa terbahak­-bahak tanpa dapat mengontrol diri. Padahal, tertawa yang sederhana merupakan senyum yang indah dan merupakan hiasan yang membahagiakan.
Tertawa yang berlebihan juga dapat menyuburkan sifat marah sebagaimana yang dikatakan Abu Yazid, "Janganlah tertawa berlebihan karena tertawa yang melampaui batas itu merangsang timbulnya marah, menghilangkan kesabaran dan merendahkan marta­bat. Adapun tertawa yang dibenarkan adalah senyum dan tidak mengeluarkan suara seperti suara keledai.”
Al Hasan mengatakan ada empat hal yang barang­siapa dapat menghimpun keempatnya dalam dirinya maka Allah akan menjaga dirinya dari godaan syetan dan mengharamkan atasnya neraka, yakni orang yang dapat mengontrol dirinya ketika dalam keadaan se­nang, takut, nafsu syahwat dan marah.
Keempat hal tersebut adalah pangkal segala kebu­rukan. Kesenangan terhadap sesuatu adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu itu karena yakin bahwa hal itu akan memberinya manfaat. Kesenangan terha­dap sesuatu yang tumbuh pada diri seseorang akan membawanya untuk menuntut yang lebih jauh dari se­kadar itu dengan cara apa pun yang menurutnya da­pat mencapai tujuan, padahal cara yang ditempuh itu tidak selamanya halal.
Sedang nafsu syahwat adalah kecenderungan jiwa kepada hal-hal yang dapat memberinya kepuasan dan kenikmatan. Akan tetapi, sering kali nafsu syahwat ini menyeret pada perbuatan haram misalnya zina, men­curi dan minuman keras. Bahkan, telah menyeret pula pada kekufuran, sihir, kemunafikan dan bidah. Yang harus dilakukan oleh setiap mukmin adalah membatasi keinginan syahwatnya pada hal-hal yang dibolehkan Allah saja. Kalau pun terpaksa harus menurutkan keinginan nafsu syahwat dengan didasarkan pada niat yang ber­sih agar mendapatkan pahala, jika nafsu memaksa un­tuk marah hendaklah dibatasi pada keinginan menghin­darkan fitnah. Atau jika terpaksa harus memendam, hen­daknya dendam itu kepada orang yang telah berbuat durhaka kepada Allah dan rasul-Nya.
Di sisi lain, perbuatan menertawakan orang lain bisa mengakibatkan hal-hal yang buruk di antaranya menimbulkan permusuhan, memutuskan silaturahmi, menimbulkan fitnah, dengki dan takjub pada diri sen­diri, menyuburkan sifat marah dan dendam serta mem­buat Allah murka. (ufi)

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar