Translate

Friday, 23 August 2013

MERAJUT PAKAIAN TAQWA

hunna libaasul wa antum libaasun lahunna.” (QS Al-Baqarah:187).
Pada hakekatnya, pakaian adalah segala yang “melekat” di badan ini; entah baju, celana, segala aksesoris yang “melekat” lainnya, termasuk perhiasan. Selaras dengan pengertian ini, bahkan Allah membahasakan suami sebagai “pakaian” dari istri; dan istri adalah “pakaian” dari suami. Mungkin karena suami dan istri pun “melekat” satu sama lain, hingga mereka tak ubahnya seperti pakaian.

Setidaknya ada tiga macam fungsi pakaian yang disebut dalam Al’Quran. Pertama, Pakaian sebagai penutup aurat, firman Allah, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi ‘auratmu,” (QS Al-A’raf:26). Kedua, Pakaian sebagai perhiasan (QS. Al-A’raaf:26). Ketiga, Pakaian sebagai pelindung dari dingin, panas dan hujan serta serangan musuh.” ... dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan,” (QS An Nahl:81).
Tidak kurang dari dua puluh ayat ditemukan dalam Al-Qur’an yang berbicara ten pakaian, entah memakai bahasa “libaasun”, “kiswatun”, “saraabil” maupun “tsiyab”. Namun, semuanya berbicara masalah pakaian lahiriah. Sedangkan pakaian ruhani adalah sebenar-benarnya pakaian, pakaian yang menunjukkan baik buruknya seseorang. Meskipun seseorang mengenakan pakaian yang indah-indah dan sangat mahal, tetapi bila pakaian ruhaniahnya rusak, jelek dan terhina maka dirinya akan terhina pula. Pakaian lahiriah tidak bermakna apa-apa, pakaian lahiriah tidak bisa melindungi kejahatan dan kejelekannya. Mungkin ia akan dimuliakan dalam pandangan manusia, tetapi tidak dalam pandangan Allah SWT. Pakaian ruhani yang dimaksud dalam Al-Qur’an disebut sebagai pakaian taqwa (libaasut taqwa). Sebagaimana firman Allah SWT, “... dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raaf:26).
Tentang taqwa, imam Ali karramallahu wajhah berkata: Takut kepada Zat Yang Maha Agung; mengamalkan apa yang diturunkan (Al-Qur’an), dan menyiapkan diri untuk menyambut datangnya hari yang kekal (akherat). Usahakan di setiap hari selalu memintal (merajut) benang pakaian taqwa, yang akan kita kenakan setiap hari dan akan selalu kita lihat kita perhatikan kebersihannya, keutuhannya sehingga  setiap hari kita mendapatkan pakaian taqwa yang bersih. Memelihara pakaian taqwa adalah dengan jalan selalu ingat kepada Sang Maha Pencipta di setiap saat seraya melaksanakan dengan konsisten segala perintah-perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya, mengerjakan amal saleh di setiap waktu, peduli pada kiri dan kanan serta menjaga kelestarian alam, alam diciptakan untuk semua umat bukan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi. (ds).

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar