Translate

Friday 23 August 2013

TUJUAN SURAT AL-FATIHAH


Surat Al-Fatihah mempunyai dua tujuan penting: Pertama, masalah Tauhid, khususnya tauhid dalam ibadah. Ibadah manusia harus terfokus kepada Allah SWT semata, dan selain dari-Nya tidak pantas dan layak dipuji dan disembah. Kedua, masalah Hari Akhir dan iman terhadap Hari Perhitungan. Tauhid dan hari akhir adalah tujuan Islam. Faktor utama Al-Qur’an serta seluruh ajaran Islam dibangun berdasar dua prinsip ini. Agama Islam mengajak seluruh manusia untuk beriman kepada Allah yang Maha Esa.
Firman Allah. Katakanlah: “Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada sesuatu kalimat (ketetapan) yang tak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah.” (QS. Ali Imran : 64)

Pelajaran akhlak dalam surah Al-Fatihah, pelajaran yang bisa kita petik dari surah Al-Fatihah:
1.       Seseorang yang membawa Surah Al-Fatihah dengan membuka basmalah, telah memutus harapan dengan selain Allah SWT.
2.       Dengan memahami makna rabbul ‘alaim (Tuhan alam semesta) dan maliki yaumiddin (Penguasa hari akhir), seseorang mengerti bahwa ia adalah marbub (makhluk yang diatur) dan mamluk (budak), hingga aroganisme, egoisme, akan lenyap darinya.
3.       Dengan memahami al-‘alamin (alam semesta), seseorang memahami bahwa antara dirinya dengan seluruh alam semesta mempunyai relasi dan hubungan.
4.       Basmalah mengisyaratkan bahwa setiap orang berada dalam naungan kelembutan Allah SWT.
5.       Dengan memahami makna penguasa alam semesta, seseorang tidak akan melalaikan masa depannya.
6.       Dengan menetapkan ‘iyyakana’budu (“Hanya kepada-Mu kami menyembah”) maka pamrih, riya akan hilang.
7.       Dengan menghayati makna iyyaka nasta’in (“Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan), seseorang tidak pernah takut akan kekuatan apapun.
8.       Dengan memahami makna an’amta (“Yang engkau berikan nikmat”), seseorang akan faham bahwa segala kenikmatan ada di tangan-Nya.
9.       Dengan memahami makna ihdina al-shirat al-mustaqim (“tunjukilah kami jalan petunjuk”), seseorang memahami bahwa ia memohon agar selalu berjalan di jalan kebenaran dan jalan yang lurus.
10.   Dengan menghayati makna shirathalladzina an’amta ‘alaihim (“Jalan orang-orang yang engkau berikan nikmat, seseorang mengikrarkan hubungan para nabi.
11.    Dengan memahami makna, ghairil maghdubi ‘alaihim waladh dhallin (“bukan orang-orang yang dimurkai dan bukan jalan orang-orang yang sesat”) seseorang menyatakan berlepas diri dari kebatilan.

(ds) disaring dari tafsir populer Al-Fatihah.
               

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar