Translate

Friday, 27 September 2013

HABLUM MINAL ‘ALAM


Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar-Rum:41).

Rusaknya lingkungan sebenarnya berdampak pada manusia itu sendiri, baik secara langsung maupun dalam jangka waktu yang lama. Hutan dibuat gundul, bukit-bukit dikeruk dijual tanahnya batu-batu kali adalah sebagai tameng untuk menahan arus air saat air bah datang sehingga dengan adanya batu-batu besar akan melindungi perigi dan talud dari kerusakan dari terjangan banjir.


Hutan, bukit-bukit diciptakan Tuhan sebagai Pasak Bumi, sekaligus sebagai sumber kehidupan manusia sebagai gentong air. Manakala semua dibabat akibatnya air berkurang, dan dalam waktu yang lama air akan habis. Ironis, di negeri yang gemah ripah loh jinawi suatu saat anak cucu kita kekeringan, hanya karena ulah manusia-manusia yang hanya mementingkan diri sendiri.

Tanah-tanah digali, dikeruk , diambil pasirnya, pertama yang diambil pasir dari lahannya sendiri. Lahan yang disuburkan Allah SWT untuk kesejahteraan, tetapi lama kelamaan galian menggurita kemana-mana. Apa akibatnya? Tanah longsor, rumah amblas karena ulah manusia-manusia yang tidak beriman dan mensukuri nikmat Allah, mengakibatkan kerugian bagi orang banyak.

Dalam sebuah surat Alalh SWT berfirman .”dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa:107). Namun peringatan-peringatan atas kezaliman manusia terhadap alam sangatlah tidak diperhatikan, dan hanya sedikit yang mengindahkan. Allah SWT sangatlah tidak suka terhadap orang-orang yang gemar melakukan kerusakan di muka bumi. Memelihara alam adalah tugas manusia selaku khalifah di muka bumi, sudah selayaknya manusia sebagai pengguna alam semesta untuk mengelola memelihara serta melestarikan apa-apa yang ada di alam semesta ini. Pada saat manusia memungsikan dirinya sebagai hamba yang taat dan bersyukur kepada Allah, tentunya mampu mengemban amanah untuk melestarikan bumi sebagai tugas kekhalifahannya. Memanfaatkan alam secara proporsional, memeliharanya secara santun adalah manifestasi bentuk keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Wa Jalla.

Adalah pahala yang sangat besar bagi para pengelola alam baik di mata manusia maupun di hadapan Allah SWT.
Betapa mulianya orang-orang yang senang menghijaukan lingkungannya, menanam pohon untuk sumber air, menanam sayur-sayuran bagi sumber vitamin, menanam bunga untuk keindahan dan penghasilan. Bahkan dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” Diriwayatkan oleh Jabiar bin Abdullah ra dan disokhehkan oleh Imam Muslim. Maka betapa mulianya kita semua manakala bisa memberi warisan kepada anak cucu dengan alam yang subur makmur gemah ripah loh jinawi, serta keimanan yang teguh serta ketakwaan dan hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada Allah SWT kita minta pertolongan. (ds).

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar