“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)” (QS Ar-Rum:41).
Rusaknya lingkungan
sebenarnya berdampak pada manusia itu sendiri, baik secara langsung maupun
dalam jangka waktu yang lama. Hutan dibuat gundul, bukit-bukit dikeruk dijual
tanahnya batu-batu kali adalah sebagai tameng untuk menahan arus air saat air
bah datang sehingga dengan adanya batu-batu besar akan melindungi perigi dan
talud dari kerusakan dari terjangan banjir.
Hutan,
bukit-bukit diciptakan Tuhan sebagai Pasak Bumi, sekaligus sebagai sumber
kehidupan manusia sebagai gentong air. Manakala semua dibabat akibatnya air
berkurang, dan dalam waktu yang lama air akan habis. Ironis, di negeri yang
gemah ripah loh jinawi suatu saat anak cucu kita kekeringan, hanya karena ulah
manusia-manusia yang hanya mementingkan diri sendiri.
Tanah-tanah
digali, dikeruk , diambil pasirnya, pertama yang diambil pasir dari lahannya
sendiri. Lahan yang disuburkan Allah SWT untuk kesejahteraan, tetapi lama
kelamaan galian menggurita kemana-mana. Apa akibatnya? Tanah longsor, rumah
amblas karena ulah manusia-manusia yang tidak beriman dan mensukuri nikmat
Allah, mengakibatkan kerugian bagi orang banyak.
Dalam sebuah
surat Alalh SWT berfirman .”dan tidaklah
Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(QS. Al-Anbiyaa:107). Namun peringatan-peringatan atas kezaliman manusia
terhadap alam sangatlah tidak diperhatikan, dan hanya sedikit yang
mengindahkan. Allah SWT sangatlah tidak suka terhadap orang-orang yang gemar
melakukan kerusakan di muka bumi. Memelihara alam adalah tugas manusia selaku
khalifah di muka bumi, sudah selayaknya manusia sebagai pengguna alam semesta
untuk mengelola memelihara serta melestarikan apa-apa yang ada di alam semesta
ini. Pada saat manusia memungsikan dirinya sebagai hamba yang taat dan
bersyukur kepada Allah, tentunya mampu mengemban amanah untuk melestarikan bumi
sebagai tugas kekhalifahannya. Memanfaatkan alam secara proporsional,
memeliharanya secara santun adalah manifestasi bentuk keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah Wa Jalla.
Adalah pahala
yang sangat besar bagi para pengelola alam baik di mata manusia maupun di
hadapan Allah SWT.
Betapa
mulianya orang-orang yang senang menghijaukan lingkungannya, menanam pohon
untuk sumber air, menanam sayur-sayuran bagi sumber vitamin, menanam bunga
untuk keindahan dan penghasilan. Bahkan dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang
dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya dan apa yang dicuri dari
tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu
dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” Diriwayatkan oleh Jabiar bin
Abdullah ra dan disokhehkan oleh Imam Muslim. Maka betapa mulianya kita semua
manakala bisa memberi warisan kepada anak cucu dengan alam yang subur makmur
gemah ripah loh jinawi, serta keimanan yang teguh serta ketakwaan dan hanya
kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada Allah SWT kita minta pertolongan.
(ds).
No comments:
Post a Comment