Translate

Friday, 15 November 2013

KEBURUKAN DIBALAS DENGAN KEBAIKAN


KEBURUKAN DIBALAS DENGAN KEBAIKAN

Seorang laki-laki gagah berparas bersih menghampiri seorang kakek buta di dekat pasar. Dengan lembut dan santun lelaki itu menyuapi kakek tersebut dengan makanan yang telah dihaluskan. “Wahai orang baik, jika engkau mendengar nama Muhammad, jauhilah dia. Dia itu pembohong dan tukang sihir”. Sumpah serapah keluar dari mulut keriput sang kakek. Namun lelaki itu tetap tenang dan dengan lembut menyuapi kakek tua tersebut.


Setiap hari, setiap pagi lelaki santun tersebut selalu menyuapi kakek tersebut. Kakek itu senang dan selalu menyambut gembira setiap pagi tiba. Beberapa hari kemudian lelaki yang berbeda mendatangi orang tua tersebut, ”Kakek aku akan menyuapimu.” Kata lelaki tersebut. “Wahai orang baik, jika engkau mendengar nama Muhammad, jauhilah dia. Dia itu pembohong dan tukang sihir.” Jawab orang tua itu. Mulanya laki-laki itu ragu, namun kemudian ia pun mencoba menyuapinya. Baru beberapa suapan kakek itu menepis tangan lelaki tersebut seraya berkata, “Kamu bukan orang yang menyuapiku tiap pagi, dia halus dan sopan. Kalau sudah dekat aku tahu dia yang datang.” Katanya. Mendengar kata-kata tersebut lelaki itu menangis seraya berkata dengan terbata-bata. “Wahai orang tua, ketahuilah orang yang menyuapimu tiap hari telah tiada. Dia telah wafat beberapa hari yang lalu, dan ketahuilah dia adalah Muhammad yang setiap hari selalu engkau caci maki.” Kata lelaki itu. Dia adalah Abu Bakar Ash Shidiq, yang diangkat menjadi khalifah setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Mendengar penuturan Abu Bakar orang tua tersebut tersungkur. Ia menangis seraya menyesali perbuatannya dan sejak saat itu ia masuk Islam. Inilah akhlaq mulia Nabi SAW, sekaligus memberi pelajaran bagi kita semua bagaimana sikap Nabi Muhammad SAW menghadapi orang yang tidak suka bahkan mencaci maki beliau.

Sejak turun wahyu dan mulai menyebarkan islam, Muhammad SAW tidak jarang mendapat perlakuan kasar serta ancaman pembunuhan dari kaum Quaraisy yang tinggal di Mekah. Penghinaan dan perlakuan kasar juga datang dari paman-pamannya sendiri, Abu Jamal dan Abu Lahab. Namun dalam kitab-kitab sejarah tidak ada satu balasan keji yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Setiap cacian dan hinaan selalu diterima dengan sabar dan selalu dibahas dengan do’a kebaikan.
Saat Rasulullah SAW berposisi yang kuat serta memiliki kekuatan tentara yang kuat serta umat islam yang banyak, beliau tidak pernah membalas caci maki serta perlakuan yang kasar yang diterimanya saat masih di Mekah.

Dalam kisah lain, Rasulullah SAW membiarkan saat seseorang laki-laki datang di masjid kemudian kencing di dalamnya. Saat itu para sahabat berdiri dan ingin menegur pria itu. Rasulullah SAW melarang para sahabat dan memerintahkan mereka untuk mengambil air, lalu menyiram air kencing laki-laki tersebut hingga kembali suci. Kisah ini adalah pelecehan terhadap simbol islam, bahkan masjid adalah tempat paling mulia bagi kaum muslim. Rasulullah tidak membalas laki-laki itu dengan kekerasan, namun segera mencari penyelesaiannya. Kitab-kitab sejarah Islam banyak yang mengisahkan tentang peperangan antara umat Islam dengan kaum yang membenci dan berusaha mengganggu kaum muslim, padahal masih banyak kitab-kitab sejarah tentang perdamaian dan akhlak rasulullah yang lembut dan penuh kasih sayang. (dinukil dari tulisan Silhani Hermawan dosen IAIN Surakarta).

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar