KEBURUKAN DIBALAS DENGAN KEBAIKAN
Seorang laki-laki gagah
berparas bersih menghampiri seorang kakek buta di dekat pasar. Dengan lembut
dan santun lelaki itu menyuapi kakek tersebut dengan makanan yang telah
dihaluskan. “Wahai orang baik, jika engkau mendengar nama Muhammad, jauhilah
dia. Dia itu pembohong dan tukang sihir”. Sumpah serapah keluar dari mulut
keriput sang kakek. Namun lelaki itu tetap tenang dan dengan lembut menyuapi
kakek tua tersebut.
Setiap hari, setiap pagi lelaki
santun tersebut selalu menyuapi kakek tersebut. Kakek itu senang dan selalu
menyambut gembira setiap pagi tiba. Beberapa hari kemudian lelaki yang berbeda
mendatangi orang tua tersebut, ”Kakek aku akan menyuapimu.” Kata lelaki
tersebut. “Wahai orang baik, jika engkau mendengar nama Muhammad, jauhilah dia.
Dia itu pembohong dan tukang sihir.” Jawab orang tua itu. Mulanya laki-laki itu
ragu, namun kemudian ia pun mencoba menyuapinya. Baru beberapa suapan kakek itu
menepis tangan lelaki tersebut seraya berkata, “Kamu bukan orang yang
menyuapiku tiap pagi, dia halus dan sopan. Kalau sudah dekat aku tahu dia yang
datang.” Katanya. Mendengar kata-kata tersebut lelaki itu menangis seraya
berkata dengan terbata-bata. “Wahai orang tua, ketahuilah orang yang menyuapimu
tiap hari telah tiada. Dia telah wafat beberapa hari yang lalu, dan ketahuilah
dia adalah Muhammad yang setiap hari selalu engkau caci maki.” Kata lelaki itu.
Dia adalah Abu Bakar Ash Shidiq, yang diangkat menjadi khalifah setelah Nabi
Muhammad SAW wafat.
Mendengar penuturan Abu Bakar
orang tua tersebut tersungkur. Ia menangis seraya menyesali perbuatannya dan
sejak saat itu ia masuk Islam. Inilah akhlaq mulia Nabi SAW, sekaligus memberi
pelajaran bagi kita semua bagaimana sikap Nabi Muhammad SAW menghadapi orang
yang tidak suka bahkan mencaci maki beliau.
Sejak turun wahyu dan mulai
menyebarkan islam, Muhammad SAW tidak jarang mendapat perlakuan kasar serta
ancaman pembunuhan dari kaum Quaraisy yang tinggal di Mekah. Penghinaan dan
perlakuan kasar juga datang dari paman-pamannya sendiri, Abu Jamal dan Abu
Lahab. Namun dalam kitab-kitab sejarah tidak ada satu balasan keji yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW. Setiap cacian dan hinaan selalu diterima dengan
sabar dan selalu dibahas dengan do’a kebaikan.
Saat Rasulullah SAW berposisi
yang kuat serta memiliki kekuatan tentara yang kuat serta umat islam yang
banyak, beliau tidak pernah membalas caci maki serta perlakuan yang kasar yang
diterimanya saat masih di Mekah.
Dalam kisah lain, Rasulullah
SAW membiarkan saat seseorang laki-laki datang di masjid kemudian kencing di
dalamnya. Saat itu para sahabat berdiri dan ingin menegur pria itu. Rasulullah
SAW melarang para sahabat dan memerintahkan mereka untuk mengambil air, lalu
menyiram air kencing laki-laki tersebut hingga kembali suci. Kisah ini adalah
pelecehan terhadap simbol islam, bahkan masjid adalah tempat paling mulia bagi
kaum muslim. Rasulullah tidak membalas laki-laki itu dengan kekerasan, namun
segera mencari penyelesaiannya. Kitab-kitab sejarah Islam banyak yang
mengisahkan tentang peperangan antara umat Islam dengan kaum yang membenci dan
berusaha mengganggu kaum muslim, padahal masih banyak kitab-kitab sejarah
tentang perdamaian dan akhlak rasulullah yang lembut dan penuh kasih sayang.
(dinukil dari tulisan Silhani Hermawan dosen IAIN Surakarta).
No comments:
Post a Comment