Translate

Tuesday, 21 January 2014

MENGINGAT KEMATIAN



“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu berada di benteng yang kuat” (QS An-Nisaa’:78).

Dalam kitab Al-Bidayah Imam Al-Ghazali berpesan: “Ketahuilah, maut tidak menjemput anda pada waktu dan kondisi tertentu, tetapi maut akan menjemput anda di saat yang sulit diterka. Karena itu menyediakan diri untuk maut adalah lebih utama daripada menyediakan diri untuk dunia.” Pesan Al-Ghazali benar adanya kadangkala kita mendengar dan menyaksikan kematian orang-orang yang  masih berusia muda, ada yang meninggal saat sedang bergembira, yang saat tidur, terpeleset dan sebagainya, masih banyak contoh-contoh kematian yang lain dengan cara yang lain pula.


Maut sejatinya bagaikan makhluk misterius yang selalu mengikuti mangsanya kapan dan di mana saja berada. Maut laksana lorong yang gelap yang setiap manusia tentu akan melaluinya. Akan tetapi, kendati maut begitu dekat kerap kali tidak menggunakan kesadaran manusia yang sedang mabuk dengan keindahan dan perhiasan dunia. Ar-Rabi bin Barrah menggambarkan: “Aku heran dengan manusia, bagaimana mereka melupakan dengan peristiwa yang pasti terjadi? Mereka melihat dengan matanya, meyakini dengan hatinya dan membenarkan apa yang dikabarkan para rasul, lalu mereka lalai dan mereka mabuk dengan sendau gurau dan permainan. “Dalam sabdanya Rasulullah SAW mengingatkan:

“Perbanyaklah mengingat (maut) penghancur segala kelezatan,” (H.R. At-Turmudzi).
Dalam peristiwa lain, Rasulullah ditanya: “Adakah orang lain yang akan dibangkitkan bersama para syuhada?” Beliau menjawab: “Ya, mereka itulah yang mengingat mati sebanyak dua puluh kali dalam sehari semalam,” (H.R. Al-Baihaqi).

Allah Ta'ala berfirman: “Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehidupan yang memperdayakan.” (Ali-Imran:185). Menyimak ayat tersebut sejatinya membuat hati bergetar serta mata berkaca-kaca menggugah seorang yang tertidur dalam kesukaan, nafsu ambisi dan kecintaan dunia menjadi terbangun sadar bahwa dirinya pasti menemui kematian.

Sesering mengingat mati, serta menyadari bahwa dirinya pasti menemui kematian akan mengandung banyak manfaat. Sedang melupakan kematian serta memanjangkan angan-angan akan menjerumuskan manusia ke dalam kerugian. Kematian selalu datang tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan Allah Ta'ala tidak bisa dimajukan maupun dimundurkan tanpa bisa diminta maupun dicegah. Manakala kita di dunia termasuk orang-orang yang beruntung diberi hidayah Allah Ta'ala akan keimanan kataqwaan serta ibadah yang istiqomah, serta selalu menjalankan kebaikan-kebaikan yang disariatkan agama niscaya kematian yang menjemput kita adalah kematian yang penuh kenimatan khusnul qotimah. Namun manakala di dunia kita tergolong orang-orang yang rugi serta gagal dalam menjalankan misi ibadah serta meninggalkan apa yang dianjurkan agama, maka maut akan menjemput dengan kepedihan yang tiada tara. Dalam sebuah surat Allah Ta'ala berfirman: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (QS. Qaaf:19).

Kematian adalah perjalanan panjang menuju kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Karena perjalanan yang panjang ini Rasulullah SAW bersabda, “Andai saja engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis,” (Mutafaq’ Alaih).

Marilah kita melakukan muhasabah terhadap diri kita masing-masing, tentang masa muda yang kita gunakan untuk ta’at atau maksiat, tentang harta kita halalkan atau haram, dari mana didapat dan dibelanakan untuk apa untuk bersedekah atau berfoya-foya. Kita sadar umur semakin berkurang sedang dosa semakin menumpuk, karena itu marilah kita lakukan tobat sebelum terlambat. (ds).

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar