“Dimana saja
kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu berada di benteng
yang kuat”
(QS An-Nisaa’:78).
Dalam kitab Al-Bidayah Imam Al-Ghazali berpesan: “Ketahuilah, maut tidak menjemput anda pada
waktu dan kondisi tertentu, tetapi maut akan menjemput anda di saat yang sulit
diterka. Karena itu menyediakan diri untuk maut adalah lebih utama daripada
menyediakan diri untuk dunia.” Pesan Al-Ghazali benar adanya kadangkala
kita mendengar dan menyaksikan kematian orang-orang yang masih berusia muda, ada yang meninggal saat
sedang bergembira, yang saat tidur, terpeleset dan sebagainya, masih banyak
contoh-contoh kematian yang lain dengan cara yang lain pula.
Maut sejatinya bagaikan makhluk misterius yang
selalu mengikuti mangsanya kapan dan di mana saja berada. Maut laksana lorong
yang gelap yang setiap manusia tentu akan melaluinya. Akan tetapi, kendati maut
begitu dekat kerap kali tidak menggunakan kesadaran manusia yang sedang mabuk
dengan keindahan dan perhiasan dunia. Ar-Rabi bin Barrah menggambarkan: “Aku
heran dengan manusia, bagaimana mereka melupakan dengan peristiwa yang pasti
terjadi? Mereka melihat dengan matanya, meyakini dengan hatinya dan membenarkan
apa yang dikabarkan para rasul, lalu mereka lalai dan mereka mabuk dengan sendau
gurau dan permainan. “Dalam sabdanya Rasulullah SAW mengingatkan:
“Perbanyaklah
mengingat (maut) penghancur segala kelezatan,” (H.R. At-Turmudzi).
Dalam peristiwa lain, Rasulullah ditanya: “Adakah orang lain yang akan dibangkitkan
bersama para syuhada?” Beliau menjawab: “Ya, mereka itulah yang mengingat mati
sebanyak dua puluh kali dalam sehari semalam,” (H.R. Al-Baihaqi).
Allah Ta'ala berfirman: “Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari
kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barang siapa yang dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan
dunia hanyalah kehidupan yang memperdayakan.” (Ali-Imran:185). Menyimak
ayat tersebut sejatinya membuat hati bergetar serta mata berkaca-kaca menggugah
seorang yang tertidur dalam kesukaan, nafsu ambisi dan kecintaan dunia menjadi
terbangun sadar bahwa dirinya pasti menemui kematian.
Sesering mengingat mati, serta menyadari bahwa
dirinya pasti menemui kematian akan mengandung banyak manfaat. Sedang melupakan
kematian serta memanjangkan angan-angan akan menjerumuskan manusia ke dalam
kerugian. Kematian selalu datang tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan
Allah Ta'ala tidak bisa dimajukan maupun dimundurkan tanpa bisa diminta maupun
dicegah. Manakala kita di dunia termasuk orang-orang yang beruntung diberi
hidayah Allah Ta'ala akan keimanan kataqwaan serta ibadah yang istiqomah, serta
selalu menjalankan kebaikan-kebaikan yang disariatkan agama niscaya kematian
yang menjemput kita adalah kematian yang penuh kenimatan khusnul qotimah. Namun
manakala di dunia kita tergolong orang-orang yang rugi serta gagal dalam
menjalankan misi ibadah serta meninggalkan apa yang dianjurkan agama, maka maut
akan menjemput dengan kepedihan yang tiada tara. Dalam sebuah surat Allah
Ta'ala berfirman: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah
yang kamu selalu lari darinya.” (QS. Qaaf:19).
Kematian adalah perjalanan panjang menuju kehidupan
akhirat yang kekal dan abadi. Karena perjalanan yang panjang ini Rasulullah SAW
bersabda, “Andai saja engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau
akan sedikit tertawa dan banyak menangis,” (Mutafaq’ Alaih).
Marilah kita melakukan muhasabah terhadap diri kita
masing-masing, tentang masa muda yang kita gunakan untuk ta’at atau maksiat,
tentang harta kita halalkan atau haram, dari mana didapat dan dibelanakan untuk
apa untuk bersedekah atau berfoya-foya. Kita sadar umur semakin berkurang sedang dosa
semakin menumpuk, karena itu marilah kita lakukan tobat sebelum terlambat.
(ds).
No comments:
Post a Comment