Translate

Saturday 25 June 2016

Mana Labih Utama …Sedekah Pada Orang Miskin Atau Pada Karib Kerabat?

Romadhon hingga Syawal, seakan berurutan menjadi bulan parade kabaikan. Fastabiqul khoirot. Semua orang berlomba-lomba dalam kebaikan. Memperbanyak ibadah bahkan hingga sedekah.  Dimulai dengan Romadhon, semua orang seakan berebut dari sekedar menyediakan takjil hingga memfasilitasi orang untuk berbuka puasa.
Bahkan konon menurut cerita teman sepulang dari ibadah Umroh di tanah suci, di sana malah banyak orang berebut “konsumen” untuk menikmati sajian buka puasa yang disediakannya. Bahkan saking banyaknya menu yang ada dan orang yang menyediakannya, malah membuat orang bingung memilih mau menikmati  jenis makanan yang mana. Hingga kemudian memasuki akhir Romadhon, kaum muslimin masih dikelilingi aktifitas zakat, infaq, sodaqoh dan semisalnya.

Sesaat kemudian memasuki bulan Syawal masih saja tak lepas dari orang berlomba-lamba menyediakan segala sesuatu. Seakan tak takut habis, saat itu adalah saat terbaik memberikan harta terbaiknya bagi orang-orang disekitarnya sebagai bentuk kemenangan selepas melaksanakan shoum Romadhon.

Bagi sebagian daerah, budaya mendapatkan  fitrah ketika idul fitri masih disukai terutama kalangan anak-anak. Momen ini adalah kesempatan bagi para hartawan, para orang tua memberikan sedekahnya kepada orang yang dicintai.

Terlepas dari itu semua, ternyata di seberang sana, masih banyak orang yang nota bene adalah umat muslim juga, antre pembagian beras zakat, antre pembagian zakat mall, Bahkan bias jadi tetangga kita juga antri dengan pemberian kita. Pertanyaan kemudian, manakah yang akan kita dahulukan. Apakah saudara kita ataukan mereka para fakir miskin?

Pertanyaan diatas mungkin dirasa sepele namun kenyataannya, kebanyakan muslim yang belum tahu lebih memilih untuk bersedekah pada fakir miskin daripada bersedekah terhadap keluarga atau kerabatnya sendiri.

Padahal, Setiap perintah sedekah dan infak di dalam al Qur’an, selalu yang pertama kali disebutkan adalah  karib kerabat

Seperti yang termaktub dalam ayat berikut ini:
“….dan memberikan harta yang ia cintai kepada karib-kerabat…..” (QS. Al Baqarah 177)
“Dan berikanlah kepada karib-kerabat akan haknya dan orang miskin….” (QS. Al Isra 26)
Dan banyak lagi ayat lain yang senada dengan itu.

Jika kita cermati, ada satu pesan yang sangat penting untuk kita amalkan. Yaitu mendahulukan karib kerabat atau orang terdekat untuk menerima infak atau apapun bentuk kebaikan. Sebelum kita memberi kepada orang lain, kita harus perhatikan apakah ada di antara orang terdekat yang masih membutuhkan atau semua sudah makmur, tidak perlu disantuni lagi.

Amat disayangkan bila seseorang memiliki kekayaan yang membuat ia mampu menyantuni orang lain, dan sangat peduli  dengan masalah sosial di lingkungannya sehingga ia mudah memberi kepada fakir miskin, anak yatim dan berbagai bentuk amal sosial lainnya. Namun sayang beribu sayang ia sangat cuek dan pelit kepada karib kerabatnya sendiri. Barangkali ia merasa pemberian kepada keluarga terdekat tidak mendapatkan pahala. Padahal justru itulah yang lebih besar pahalanya di sisi Allah. Oleh karena itu pemahaman yang salah ini perdu diluruskan.

Tidakkah memilukan, bila seseorang tinggal di rumah yang bagaikan istana, sementara saudara kandungnya tinggal di rumah RSSS (rumah sangat sederhana sekali). Tidakkah kita mengangkat alis bila seseorang mempunyai kekayaan besar, turun dari satu mobil mewah dengan dibukakan pintu oleh para ajudan, berpindah dari satu gedung mewah ke gedung mewah berikutnya, Namun saudara kandungnya menjadi kuli atau babu yang siap diperintah-perintah dengan suara tinggi sambil diacungi telunjuk kiri, wajahnya penuh ketakutan dengan kepala tertunduk serta badan yang membungkuk.

Ingatlah.. Rasulullah SAW bersabda:
“….Wahai umat Muhammad, demi Allah yang telah mengutusku dengan kebenaran, Allah tidak akan menerima sedekah seseorang yang mempunyai kerabat yang membutuhkan bantuannya, sementara ia memberikan sedekah atau bantuan itu kepada orang lain. Dan demi Allah yang jiwaku berada dalam genggamannya, Allah tidak akan memandangnya di hari kiamat nanti”. (HR. Thabrani)

Rasulullah SAW juga pernah bersabda:
“Sedekah kepada orang miskin dinilai satu sedekah, sedangkan kepada karib kerabat nilainya sama dengan dua, nilai sedekah dan nilai silaturrahmi”.

Ada pesan penting yang sangat jelas disini:
“Jika anda menjadi orang yang kaya, jadikanlah orang terdekat anda yang pertama sekali merasakan kekayaan itu. Ibu-bapak, anak-istri, saudara kandung, baru yang lainnya. Jangan sampai masyarakat anda memuji kedermawanan anda, sementara orang terdekat mengurut dada karena kebakhilan anda, padahal mereka dianggap kaya oleh orang lain karena anda sebagai saudaranya”
 Ags. Dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar