Romadhon hingga
Syawal, seakan berurutan menjadi bulan parade kabaikan. Fastabiqul khoirot.
Semua orang berlomba-lomba dalam kebaikan. Memperbanyak ibadah bahkan hingga
sedekah. Dimulai dengan Romadhon, semua
orang seakan berebut dari sekedar menyediakan takjil hingga memfasilitasi orang
untuk berbuka puasa.
Bahkan konon menurut cerita teman sepulang dari ibadah
Umroh di tanah suci, di sana malah banyak orang berebut “konsumen” untuk
menikmati sajian buka puasa yang disediakannya. Bahkan saking banyaknya menu
yang ada dan orang yang menyediakannya, malah membuat orang bingung memilih mau
menikmati jenis makanan yang mana. Hingga
kemudian memasuki akhir Romadhon, kaum muslimin masih dikelilingi aktifitas
zakat, infaq, sodaqoh dan semisalnya.
Sesaat kemudian
memasuki bulan Syawal masih saja tak lepas dari orang berlomba-lamba
menyediakan segala sesuatu. Seakan tak takut habis, saat itu adalah saat
terbaik memberikan harta terbaiknya bagi orang-orang disekitarnya sebagai
bentuk kemenangan selepas melaksanakan shoum Romadhon.
Bagi sebagian daerah,
budaya mendapatkan fitrah ketika idul
fitri masih disukai terutama kalangan anak-anak. Momen ini adalah kesempatan
bagi para hartawan, para orang tua memberikan sedekahnya kepada orang yang dicintai.
Terlepas dari itu
semua, ternyata di seberang sana, masih banyak orang yang nota bene adalah umat
muslim juga, antre pembagian beras zakat, antre pembagian zakat mall, Bahkan
bias jadi tetangga kita juga antri dengan pemberian kita. Pertanyaan kemudian,
manakah yang akan kita dahulukan. Apakah saudara kita ataukan mereka para fakir
miskin?
Pertanyaan diatas
mungkin dirasa sepele namun kenyataannya, kebanyakan muslim yang belum tahu
lebih memilih untuk bersedekah pada fakir miskin daripada bersedekah terhadap
keluarga atau kerabatnya sendiri.
Padahal, Setiap
perintah sedekah dan infak di dalam al Qur’an, selalu yang pertama kali
disebutkan adalah karib kerabat
Seperti yang
termaktub dalam ayat berikut ini:
“….dan memberikan
harta yang ia cintai kepada karib-kerabat…..” (QS. Al Baqarah 177)
“Dan berikanlah
kepada karib-kerabat akan haknya dan orang miskin….” (QS. Al Isra 26)
Dan banyak lagi ayat
lain yang senada dengan itu.
Jika kita cermati,
ada satu pesan yang sangat penting untuk kita amalkan. Yaitu mendahulukan karib
kerabat atau orang terdekat untuk menerima infak atau apapun bentuk kebaikan.
Sebelum kita memberi kepada orang lain, kita harus perhatikan apakah ada di
antara orang terdekat yang masih membutuhkan atau semua sudah makmur, tidak perlu
disantuni lagi.
Amat disayangkan bila
seseorang memiliki kekayaan yang membuat ia mampu menyantuni orang lain, dan
sangat peduli dengan masalah sosial di
lingkungannya sehingga ia mudah memberi kepada fakir miskin, anak yatim dan
berbagai bentuk amal sosial lainnya. Namun sayang beribu sayang ia sangat cuek
dan pelit kepada karib kerabatnya sendiri. Barangkali ia merasa pemberian
kepada keluarga terdekat tidak mendapatkan pahala. Padahal justru itulah yang
lebih besar pahalanya di sisi Allah. Oleh karena itu pemahaman yang salah ini
perdu diluruskan.
Tidakkah memilukan,
bila seseorang tinggal di rumah yang bagaikan istana, sementara saudara
kandungnya tinggal di rumah RSSS (rumah sangat sederhana sekali). Tidakkah kita
mengangkat alis bila seseorang mempunyai kekayaan besar, turun dari satu mobil
mewah dengan dibukakan pintu oleh para ajudan, berpindah dari satu gedung mewah
ke gedung mewah berikutnya, Namun saudara kandungnya menjadi kuli atau babu
yang siap diperintah-perintah dengan suara tinggi sambil diacungi telunjuk
kiri, wajahnya penuh ketakutan dengan kepala tertunduk serta badan yang
membungkuk.
Ingatlah.. Rasulullah
SAW bersabda:
“….Wahai umat
Muhammad, demi Allah yang telah mengutusku dengan kebenaran, Allah tidak akan
menerima sedekah seseorang yang mempunyai kerabat yang membutuhkan bantuannya,
sementara ia memberikan sedekah atau bantuan itu kepada orang lain. Dan demi
Allah yang jiwaku berada dalam genggamannya, Allah tidak akan memandangnya di
hari kiamat nanti”. (HR. Thabrani)
Rasulullah SAW juga
pernah bersabda:
“Sedekah kepada orang
miskin dinilai satu sedekah, sedangkan kepada karib kerabat nilainya sama
dengan dua, nilai sedekah dan nilai silaturrahmi”.
Ada pesan penting
yang sangat jelas disini:
“Jika anda menjadi
orang yang kaya, jadikanlah orang terdekat anda yang pertama sekali merasakan
kekayaan itu. Ibu-bapak, anak-istri, saudara kandung, baru yang lainnya. Jangan
sampai masyarakat anda memuji kedermawanan anda, sementara orang terdekat
mengurut dada karena kebakhilan anda, padahal mereka dianggap kaya oleh orang
lain karena anda sebagai saudaranya”
Ags. Dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment