Demikian
potongan dawuh Kanjeng Nabi Saw. dalam rangkaian hadist tentang syu'abul iman
(cabang-cabang keimanan) sebagaimana diriwayatkan oleh imam Muslim.
Malu
saat kita melakukan maksiat adalah bagian daripada iman. Yang paling rendah
levelnya adalah malu kepada manusia; khawatir jika maksiat yang dikerjakan
diketahui oleh orang lain, nanti bisa rusak reputasi dan nama baik kita di
hadapan manusia.
Sedangkan
yang paling tinggi adalah malu kepada Allah; bagaimana bisa kita bermaksiat di
area kekuasaan dan kerajaan-Nya dan dengan menggunakan fasilitas hidup dan
nikmat dari-Nya?
Saat
banyak orang mengerjakan ibadah demi meminta dan berharap keluasan rezeki dan
keberlimpahan materi dari Allah swt, saya-pun malu untuk melakukan hal yang
sama.
Bukankah
semua kebutuhan hidup kita telah dicukupi oleh Allah, bahkan sebelum kita
melakukan amal sedangkan amal ibadah kita masih jauh dari sempurna?
Ibarat
seorang karyawan yang telah menerima gaji dan upahnya sebelum pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya ia kerjakan sama sekali. Ah, malu rasanya untuk
meminta lagi!
Tapi
baru sejenak berpikir seperti ini, saya-pun menyadari bahwa pikiran seperti ini
pun keliru. Saya yang hampir tiap hari menelaah kitab, membaca buku,
menganalisis ayat dan hadits ternyata kalah dengan orang awam.
"Wahai
hamba-hamba-Ku andai semua makhluk dari sejak generasi pertama hingga terakhir,
baik manusia maupun jinnya berdiri pada suatu tempat yang sama lalu mereka
semua meminta kepada-Ku maka Aku akan memberikan kepada tiap orang apa yang ia
minta. Yang demikian itu tidaklah mengurangi kerajaan-Ku sedikit pun kecuali
seperti satu jarum yang dimasukkan ke dalam lautan" (HR Muslim)
Ternyata
mereka lebih memahami hadist Qudsi ini daripada saya. Mereka lebih mengenal
Allah swt dan keluasan rezeki-Nya daripada saya. Hal ini benar-benar memalukan.
Bahkan
ternyata Allah swt lebih suka dengan orang yang suka meminta daripada yang
merasa kaya.
Bahkan
kadang untuk berdiri di hadapan manusia demi menyampaikan ilmu saya pun malu
karena apa-apa yang saya sampaikan belum tentu mampu saya amalkan. Seringkali
orang awam yang belum ngaji malah sudah mengamalkan. Ah, malunya!!!
Namun
suara hati saya kembali bicara bahwa mengajak orang lain untuk berbuat baik
tetaplah baik hukumnya, betapapun kita belum bisa melakukannya. Jangan sampai
kalah dengan para penyeru kemaksiatan. Banyak diantara mereka mengajak maksiat
tapi mereka sendiri enggan melakukan maksiat tersebut.
Betapa
banyak gembong narkoba tidak mau menjadi pemakai. Dan betapa banyak germo,
merasa jijik dengan 'anak-anak asuhannya' sendiri. Maka terus ajaklah manusia
untuk berbuat baik meskipun dirimu belum sempurna! Begitu kurang lebih suara
hati saya yang membuat saya tetap percaya diri menyampaikan sedikit ilmu agama
yang Alloh swt titipkan. FB Anonim Wallohu
a'lam...
No comments:
Post a Comment