Translate

Wednesday, 6 May 2020

Rasa malu itu bagian dari iman

 
Demikian potongan dawuh Kanjeng Nabi Saw. dalam rangkaian hadist tentang syu'abul iman (cabang-cabang keimanan) sebagaimana diriwayatkan oleh imam Muslim.

Malu saat kita melakukan maksiat adalah bagian daripada iman. Yang paling rendah levelnya adalah malu kepada manusia; khawatir jika maksiat yang dikerjakan diketahui oleh orang lain, nanti bisa rusak reputasi dan nama baik kita di hadapan manusia.


Sedangkan yang paling tinggi adalah malu kepada Allah; bagaimana bisa kita bermaksiat di area kekuasaan dan kerajaan-Nya dan dengan menggunakan fasilitas hidup dan nikmat dari-Nya?

Saat banyak orang mengerjakan ibadah demi meminta dan berharap keluasan rezeki dan keberlimpahan materi dari Allah swt, saya-pun malu untuk melakukan hal yang sama.

Bukankah semua kebutuhan hidup kita telah dicukupi oleh Allah, bahkan sebelum kita melakukan amal sedangkan amal ibadah kita masih jauh dari sempurna?

Ibarat seorang karyawan yang telah menerima gaji dan upahnya sebelum pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya ia kerjakan sama sekali. Ah, malu rasanya untuk meminta lagi!

Tapi baru sejenak berpikir seperti ini, saya-pun menyadari bahwa pikiran seperti ini pun keliru. Saya yang hampir tiap hari menelaah kitab, membaca buku, menganalisis ayat dan hadits ternyata kalah dengan orang awam.

"Wahai hamba-hamba-Ku andai semua makhluk dari sejak generasi pertama hingga terakhir, baik manusia maupun jinnya berdiri pada suatu tempat yang sama lalu mereka semua meminta kepada-Ku maka Aku akan memberikan kepada tiap orang apa yang ia minta. Yang demikian itu tidaklah mengurangi kerajaan-Ku sedikit pun kecuali seperti satu jarum yang dimasukkan ke dalam lautan" (HR Muslim)

Ternyata mereka lebih memahami hadist Qudsi ini daripada saya. Mereka lebih mengenal Allah swt dan keluasan rezeki-Nya daripada saya. Hal ini benar-benar memalukan.

Bahkan ternyata Allah swt lebih suka dengan orang yang suka meminta daripada yang merasa kaya.

Bahkan kadang untuk berdiri di hadapan manusia demi menyampaikan ilmu saya pun malu karena apa-apa yang saya sampaikan belum tentu mampu saya amalkan. Seringkali orang awam yang belum ngaji malah sudah mengamalkan. Ah, malunya!!!

Namun suara hati saya kembali bicara bahwa mengajak orang lain untuk berbuat baik tetaplah baik hukumnya, betapapun kita belum bisa melakukannya. Jangan sampai kalah dengan para penyeru kemaksiatan. Banyak diantara mereka mengajak maksiat tapi mereka sendiri enggan melakukan maksiat tersebut. 

Betapa banyak gembong narkoba tidak mau menjadi pemakai. Dan betapa banyak germo, merasa jijik dengan 'anak-anak asuhannya' sendiri. Maka terus ajaklah manusia untuk berbuat baik meskipun dirimu belum sempurna! Begitu kurang lebih suara hati saya yang membuat saya tetap percaya diri menyampaikan sedikit ilmu agama yang Alloh swt titipkan. FB Anonim  Wallohu a'lam...

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar