Di dalam Al-Qur’an penyakit dibagi menjadi dua.
Bagian
pertama, adalah penyakit yang menimpa tubuh manusia. Firman Allah: “Dan tidak ada dosa atas orang-orang yang
sakit (apabila tidak ikut berperang).” (QS. Al-Fath:17).
“Tidak ada dosa (karena tidak pergi
berperang) atas orang yang lemah, orang yang sakit.”
(QS. At-Taubah:91).
Dua
ayat ini menceritakan bagaimana sebuah penyakit dan kelemahan yang menimpa
seseorang bisa membebaskan tugas maupun taklifnya.
Bagian
kedua, adalah penyakit masyarakat dan penyakit hati. Penyakit-penyakit moral
yang buruk seperti kebodohan, kepengecutan, pengkhianatan, kikir dan yang lain.
Selainnya adalah sisi lain dari penyakit yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
Firman Allah SWT: “Dalam hati mereka ada
penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu, dan mereka mendapat azab yang pedih
karena mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah:10).
“Dan adapun orang-orang yang di dalam
hatinya ada penyakit, maka (dengan surah itu) akan menambah kekafiran mereka
yang telah ada.” (QS. At-Taubah:!25). Yang akan
kita kaji saat ini adalah mengapa kemunafikan dan kekafiran diperumpamakan
seperti penyakit?
Ada
beberapa alasan yang dapat kita sebutkan:
1.
Karena
keduanya menghalangi manusia-manusia untuk mendapatkan kemuliaan dan manfaat,
seperti penyakit tubuh yang menghalangi banyak hal dalam kehidupan seseorang.
2.
Karena
keduanya menghalangi manusia untuk meraih kehidupan yang sebenarnya di akhirat.
Firman Allah SWT: “Dan sesungguhnya
negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.”
(QS. Al-Ankabut:64).
3.
Karena
keduanya mempengaruhi untuk condong kepada keburukan, sebagaimana penyakit
mempengaruhi kondisi fisik seseorang menjadi tidak stabil. Seperti contoh satu
sifat keji yang dicontohkan Baginda Nabi SAW dalam sabdanya “Dan penyakit apa yang lebih mematikan dari
kekikiran.” Wallahu’alam bi shawab. (ds)
No comments:
Post a Comment