Siapakah
yang lebih baik ucapannya daripada ucapan orang yang menyeru manusia kepada
(agama) Allah dan beramal salih serta berkata, “Aku termasuk orang yang
berserah diri.” (TQS
Fushshilat [41]: 33).
Sejarah
manusia tidak pernah kosong dari pertarungan antara kebenaran dan kebatilan.
Para penyeru kebaikan senantiasa mendapat tantangan dan halangan dari para
penyeru kebatilan.
Inilah
yang dialami oleh para nabi dan rasul. Lihatlah bagaimana dakwah yang dilakukan
oleh Nabi Musa as yang mendapatkan tentangan keras dari Fira’un. Sebelumnya,
Nabi Ibrahim as yang harus menghadapi kekejaman Raja Namrud. Dan, Nabi kita,
Muhammad SAW dakwahnya ditentang keras oleh kaum kafir Qurays.
Di awal
dakwah beliau di Mekkah, penentangan terhadap dakwah sangat besar. Keluarga
Yasir ra disiksa dengan siksaan yang sangat pedih karena mengikuti Rasulullah
SAW. Istri Yasir, Sumayah, dibunuh karena berpegang teguh kepada ajaran Nabi
SAW.
Abu
Bakar ra pun pernah dipukuli hingga wajahnya babak-belur karena seruan
dakwahnya di hadapan orang banyak di samping Ka’bah. Bahkan Rasulullah saw,
utusan Allah yang mulia, pernah disiram dengan kotoran kambing, diludahi dan
diperlakukan dengan sangat buruk.
Begitulah,
para pengemban kebenaran senantiasa diuji. Sebaliknya, orang-orang kafir
senantiasa berusaha memalingkan kita, kaum Muslim, dari Islam. Inilah yang
dinyatakan oleh Allah SWT:
Orang-orang
kafir tidak pernah berhenti memerangi kalian hingga mereka mengembalikan kalian
dari agama kalian (pada kekafiran) seandainya mereka mampu (TQS al-Baqarah [2]: 217).
Inilah
karakter orang-orang kafir dan para antek mereka sejak dulu hingga sekarang dan
bahkan sampai kapan pun.
Maka
kalau saat ini, orang-orang kafir Barat berupaya melakukan propaganda negatif
terhadap Islam dan kaum Muslim, ya begitulah karakter mereka. Tujuannya hanya
satu, membungkam dakwah Islam, agar umat manusia tidak tertunjuki ke jalan
kebenaran. Mereka tidak ingin umat Islam paham terhadap agamanya. Mereka tidak
ingin umat Islam menerapkan ajaran agamanya secara kaffah.
Maka,
jangan heran bila Barat dan kaki tangannya menyebut kaum Muslim yang ingin
menerapkan Islam secara kaffah sebagai kelompok radikal. Jangan heran pula bila
mereka menyerang ajaran Islam tentang kenegaraan yakni khilafah, sebagai
ancaman.
Padahal
menegakkan Khilafah telah disepakati kewajibannya berdasarkan dalil al-Quran,
as-Sunnah, Ijmak Sahabat, termasuk ijmak para ulama. Khilafah pun secara
historis pernah menjadi bagian penting dalam kehidupan keseharian umat Islam,
termasuk di Nusantara ini. Bahkan, berkat khilafah, peradaban dunia bisa maju
seperti sekarang.
Lalu
bagaimana kita kaum Muslim menyikapi keadaan ini. Mari kita belajar kepada
baginda Nabi SAW dan para sahabat ridwannullah alayhim. Mereka tak takut dengan
ancaman dan berbagai perlakuan buruk. Mereka istiqamah mengemban dakwah. Mereka
tetap bersuara lantang menyuarakan kebenaran. Amar ma’ruf nahi munkar!
Inilah
dorongan iman. Sebab, dakwah merupakan sebaik-baik perkataan dan seruan. Allah
SWT berfirman:
Siapakah
yang lebih baik ucapannya daripada ucapan orang yang menyeru manusia kepada
(agama) Allah dan beramal salih serta berkata, “Aku termasuk orang yang
berserah diri.” (TQS
Fushshilat [41]: 33).
Tantangan
dan gangguan, termasuk siksaan dan penganiayaan orang-orang kafir dalam dakwah
adalah bagian dari sunnatullah bagi para penyampai kebenaran. Maka, ketika
penderitaan berat dialami oleh para sahabat sehingga mereka bertanya kepada
Nabi: kapan pertolongan Allah akan datang? Allah SWT lalu menurunkan
firman-Nya:
Apakah
kalian mengira akan masuk surga, padahal belum datang atas kalian cobaan
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan (dengan berbagai macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, “Kapankah
datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat (TQS al-Baqarah [2]: 214).
Harus
ada keyakinan dalam diri kita bahwa kita punya Allah. Allah-lah tempat kita
bergantung dan meminta pertolongan. Ingatlah firman Allah SWT:
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan
sebaik-baik Pelindung.” (TQS
Ali ‘Imran [3]: 173).
Karena itu, sabar dan tawakal kepada Allah harus ada
dalam diri kita. Jangan pernah kita bertawakal kepada manusia, sebab tidak
layak manusia jadi tempat bergantung kita. Akhirnya, Islam harus didakwahkan, disuarakan dengan
suara yang lantang. Tidak boleh berhenti. Hingga akhirnya Islam bisa tegak di
muka bumi. Menjadi rahmatan lil ‘alamin. Sumber : seruanmasjid.com
No comments:
Post a Comment