“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal tadinya kamu mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan-Nya, kemudian dihidupkan-Nya
kembali, kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS Al-Baqarah:28).
Dalam perjalanan hidup
manusia banyak terkecoh dan terpukau oleh keindahan dan gemerlapnya dunia.
Kadangkala mereka tidak menyadari bahwa proses perjalanan hidup manusia
sangatlah panjang. Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT harus meyakini
adanya kehidupan sesudah mati serta adanya proses dari alam arwah sampai akhir
hayat. Di alam akhirat segala perilaku hidup di dunia akan dipertanggungjawabkan,
segala amal akan dihitung dan ditimbang. Amal baik atau burukkah yang paling
berat, itulah penentunya surga atau neraka. Saat manusia di alam arwah sebelum
masuk alam dunia, saat itu ada ikrar setia manusia kepada Allah SWT, yang
tertulis dalam Al Qur’an Surat Al A'raf:172, dalam ayat itu Allah bertanya
kepada manusia: “Bukankah Aku ini
Tuhanmu? Lalu manusia menjawab: Betul. Engkau Tuhan kami. Kami menjadi saksi.”
Allah SWT telah mencukupi
seluruh kehidupan manusia, udara, air, binatang ternak, tumbuh-tumbuhan, hasil
tambang. Namun apa yang terjadi setelah manusia turun ke bumi, banyak yang
mengingkari ikrarnya kepaa Allah SWT. Air, manusia tidak dapat membuat air.
Manusia hana mampu mengelolanya serta mendistribusikannya. Betapa Allah Maha
Pengasih dan Maha Penyayang. Allah SWT telah mengatur perputaran air dari
langit turun ke tanah, mengalir ke sungai, dari sungai mengalir ke laut dan
naik ke langit lagi, semata-mata untuk kesejahteraan manusia. Setelah semuanya
terpenuhi dan tercukupi kewajiban manusia hanyalah menyembah hanya kepada Allah
Ta'ala bukan kepada yang lain atau menjajarkan dengan yang lain.
Namun pada kenyataannya
banyak manusia yang menyembah selain Allah, mereka mengagungkan berhala seperti
harta, jabatan, semua itu karena manusia mengagungkan hawa nafsu. Sebuah
ungkapan, siapa yang cinta sesuatu maka akan menjadi budaknya. Maka saat
manusia mencintai harta melebihi Zat Yang Maha Esa maka ia tetap lalai dengan
tugasnya.
Manusia adalah khalifah di
bumi yang bertugas mengatur segala sumber daya yang telah disediakan Allah SWT,
untuk kemaslahatan umat. Maka jadilah pemimpin yang amanah, adil dan bijak
menyejahterakan masyarakat dan keluarga. Seorang pemimpin yang egois dan
mementingkan diri sendiri adalah pemimpin yang tidak memegang amanah Allah.
Sedangkan tugas manusia berikutnya adalah amar makruf nahi mungkar, bila
melihat dan mengetahui kemungkaran di sekitarnya, namun tidak berbuat apa-apa
maka perlu dipertanyakan keimanannya kepada Allah.
Karena di alam akhirat nanti
semuanya akan dipertanyakan. Untuk apa umurnya di dunia, harta kita akan
dimintai pertanggungan jawab dari mana diperoleh dan untuk apa digunakan, Ilmau
yang kita miliki pun akan diminta tanggung jawab. Di akhirat jelas terekam
segala apa-apa yang kita lakukan di dunia tanpa bisa menipu, menutup-nutupi
karena yang dihadapi adalah pengadilan yang maha adil yang tidak mengenal suap,
yaitu pengadilan dari Allah SWT, pencipta jagad raya seisinya.
“Al-yauma nakhtimu’ala afwahihim watukallimuna aidihim watasyhadu
arjuluhum bimakanu yaksibun.” Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan
mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap
apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. Yasin:65). Ds.
No comments:
Post a Comment