“Barangsiapa
mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya dan dia di akhirat termasuk orang orang yang rugi” (QS Ali
Imran:85).
Ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi manakala menghendaki amal perbuatannya
diterima Allah SWT sebagai amal soleh yang selanjutnya mendapat ganjaran
dari-Nya. Tiga hal pokok yang dapat mengantarkan amalan-amalan diterima
diterima di hadirat-Nya. Pertama, adalah Islam memeluk agama islam adalah salah
satu syarat agar amalan baik diterima Allah SWT. Barangsiapa pada zahirnya
melakukan amalan-amalan sesuai dengan amalan islam, sedangkan ia sendiri tidak
menganuti agama islam, maka niscaya amalannya tertolak serta tidak mendapat
ganjaran pahala dari Allah SWT.
Kedua,
ikhlas. Ikhlas bukan hanya sekedar lawan dari riak, namun sejatinya lawan dari
ikhlas adalah syirik sedangkan riak adalah merupakan bahagian dari syirik
kecil. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Yang
paling aku takuti (bakal menimpa umatku) adalah syirik kecil. Lalu mereka
bertanya: Apakah yang tuan maksudkan dengan syirik kecil? Baginda menjawab:
Syirik kecil adalah riak.” (HR. Imam Ahmad).
Sedangkan
syirik kecil saja amalan tidak diterima Allah, apa jadinya manakala beramal
tetapi masih bergelimang dengan syirik-syirik besar?
Allah
SWT berfirman dalam Quran Surat Az Zumar ayat 65, “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelumnya: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan) niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” Dalam Firman yang lain
Allah SWT telah menegaskan “Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan
kepada-Nya (ihlas) dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang
lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5).
Sedangkan
sabda Rasululullah Muhammad SAW dalam hadits Qudsi:”Allah berfirman: Aku tidak berhajat kepada sekutu, barangsiapa yang
melakukan sesuatu amalan sambil menyekutukan Aku padanya dengan selain Aku,
maka akan Aku tinggalkan dia bersama dengan sekutu itu.” (HR. Muslim). Dari
ayat-ayat serta Hadits tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa ikhlas adalah
salah satu prasyarat agar amalan diterima Allah SWT. Dan Ikhlas bukan hanya
lawan dari riak tapi dari segala kesyirikan.
Ketiga,
Ittiba’. Rasulullah SAW banyak sekali syariat yang dibawa oleh Nabi Muhamad
SAW, banyak cabangnya diantara ibadah, muamalat, munakahat, siasah serta cara
hidup sehari-hari, bab ijtihad terbuka untuk segala cabang syariat namun
tertutup bagi bab ibadat. Segala bentuk amalan dengan tujuan mendekatkan diri
kepada Allah SWT, mestilah dibatasi apa yang disyariatkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Baginda Rasul tidak membenarkan umatnya untuk menambah atau mengurangi
amalan yang telah Nabi tetapkan atau mereka-reka cara-cara baru yang tidak
dicontohkan maupun disuruh oleh Nabi Muhammad SAW. “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukan sebagaimana kami
suruh maka amalannya itu ditolak.” (HR. Muslim).
Dalam
Surat Al-Kahfi ayat 110 Allah berfirman, “Barangsiapa
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh dan
janganlah ia mempersekutuan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”.
Menurut tafsir Imam Ibnu Katsir, bahwa amal sholeh yang dimaksudkan pada ayat
di atas adalah amalan yang sesuai dengan syariat yang dibawa dan dicontohkan
Rosulullah Muhammad SAW. Ds.
No comments:
Post a Comment