Translate

Friday, 25 July 2014

AMALAN YANG MAKBUL


“Barangsiapa mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan dia di akhirat termasuk orang orang yang rugi” (QS Ali Imran:85).

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi manakala menghendaki amal perbuatannya diterima Allah SWT sebagai amal soleh yang selanjutnya mendapat ganjaran dari-Nya. Tiga hal pokok yang dapat mengantarkan amalan-amalan diterima diterima di hadirat-Nya. Pertama, adalah Islam memeluk agama islam adalah salah satu syarat agar amalan baik diterima Allah SWT. Barangsiapa pada zahirnya melakukan amalan-amalan sesuai dengan amalan islam, sedangkan ia sendiri tidak menganuti agama islam, maka niscaya amalannya tertolak serta tidak mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.


Kedua, ikhlas. Ikhlas bukan hanya sekedar lawan dari riak, namun sejatinya lawan dari ikhlas adalah syirik sedangkan riak adalah merupakan bahagian dari syirik kecil. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Yang paling aku takuti (bakal menimpa umatku) adalah syirik kecil. Lalu mereka bertanya: Apakah yang tuan maksudkan dengan syirik kecil? Baginda menjawab: Syirik kecil adalah riak.” (HR. Imam Ahmad).
Sedangkan syirik kecil saja amalan tidak diterima Allah, apa jadinya manakala beramal tetapi masih bergelimang dengan syirik-syirik besar?

Allah SWT berfirman dalam Quran Surat Az Zumar ayat 65, “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelumnya: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan) niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” Dalam Firman yang lain Allah SWT telah menegaskan “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya (ihlas) dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5).

Sedangkan sabda Rasululullah Muhammad SAW dalam hadits Qudsi:”Allah berfirman: Aku tidak berhajat kepada sekutu, barangsiapa yang melakukan sesuatu amalan sambil menyekutukan Aku padanya dengan selain Aku, maka akan Aku tinggalkan dia bersama dengan sekutu itu.” (HR. Muslim). Dari ayat-ayat serta Hadits tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa ikhlas adalah salah satu prasyarat agar amalan diterima Allah SWT. Dan Ikhlas bukan hanya lawan dari riak tapi dari segala kesyirikan.

Ketiga, Ittiba’. Rasulullah SAW banyak sekali syariat yang dibawa oleh Nabi Muhamad SAW, banyak cabangnya diantara ibadah, muamalat, munakahat, siasah serta cara hidup sehari-hari, bab ijtihad terbuka untuk segala cabang syariat namun tertutup bagi bab ibadat. Segala bentuk amalan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT, mestilah dibatasi apa yang disyariatkan oleh Nabi Muhammad SAW. Baginda Rasul tidak membenarkan umatnya untuk menambah atau mengurangi amalan yang telah Nabi tetapkan atau mereka-reka cara-cara baru yang tidak dicontohkan maupun disuruh oleh Nabi Muhammad SAW. “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukan sebagaimana kami suruh maka amalannya itu ditolak.” (HR. Muslim).

Dalam Surat Al-Kahfi ayat 110 Allah berfirman, “Barangsiapa perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh dan janganlah ia mempersekutuan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.”. Menurut tafsir Imam Ibnu Katsir, bahwa amal sholeh yang dimaksudkan pada ayat di atas adalah amalan yang sesuai dengan syariat yang dibawa dan dicontohkan Rosulullah Muhammad SAW. Ds.

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar