Pada zaman sahabat dahulu, ada
seorang pemuda yang senang mencuri dan sering meninggalkan shalat, Malik nama
pemuda itu. Sebenarnya Malik ingin sekali bertobat namun keinginan itu belum
kesampaian, karena niat itu belum mendapat hidayah dari Allah SWT. Akhirnya
jatuhlah pilihannya kepada seorang ulama yang bernama Shalih Almirri. Malik
selalu mengikuti pengajian yang diadakan oleh ulama tersebut dengan harapan
agar kiranya dirinya bertobat.
Malik berkali-kali mengikuti
pengajian rutin sang ulama namun ternyata dirinya masih enggan untuk bertobat,
mencuri masih selalu dilakukan sedang sholatnya sering dilalaikan.
Namun Allah SWT Maha Besar dan
Maha Penyayang. Hidayah datang bermula, ketika Shalih Almirri menghampirinya
seraya berkata, “Wahai anak muda, bacalah
Al-Qur’an”. “Apa yang aku baca?”
tanya Malik. “Bacalah Surat Al Mukmin,
ayat 18, “Jawab SWT yang artinya, “Berilah mereka peringatan dengan hari yang
dekat (hari kiamat) ketika hati (menyesak) sampai dengan kerongkongan dengan
menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia
seorangpun dan tidak (pula) mempunyai
seorang pemberi syafaat yang diterima syafa’atnya.”
Setelah membaca ayat tersebut
berkatalah Shalih kepada Malik, “Seandainya
engkau menyaksikan orang-orang saling zalim dan maksiat digiring ke neraka
dalam keadaan tangan terikat, tanpa alas kaki, wajah menghitam serta badan
lunglai seraya berseru, “Celakalah kami, celakalah kami.” Papar Shalih.
Malik mendengar dengan jelas penuturan Shalih, badannya gemetar ia pun berkata,
“Betapa buruknya pemandangan kala itu,
betapa jeleknya akhir perjalanan ini.” Tak berapa lama kemudian Malik
berseru, “Betapa aku telah lalai selama
ini, ya Rabb. Betapa aku menyesal telah tidak taat selama hidupku ini. Betapa
aku sangat menyesal telah membuang-buang waktuku di dunia.”
Kemudian Malik menangis sambil
menghadap kiblat seraya berdo’a, “Ya
Allah, aku sekarang menghadap-Mu dengan tobat yang tidak tercampuri dengan
ri’ya. Ya Allah, terimalah aku atas yang aku lakukan sebelumnya. Ampunilah
perbuatanku terdahulu. Ampunilah aku.”
Setelah berdo’a Malik langsung
pingsan. Setelah beberapa hari diketahui Malik telah meninggal. Banyak yang
hadir untuk bertakziah mengantar jenazah ke kubur, termasuk Shalih Almirri
beserta para murid-murid-Nya. “Sesungguhnya
ia meninggal karena Al-Qur’an. Sungguh ia meninggal karena nasihat dan
kesedihan.”
Kata Shalih Almirri kepada
murid-muridnya. Pada malam hari ada murid Shalih Almirri yang mimpi pemuda
tersebut setelah kematiannya. Murid Shalih bertanya dalam mimpinya, “Apa yang telah kau lakukan wahai Malik?”,
Malik menjawab, “Keberkahan Majelis
Shalih Almarri meliputiku, sehingga aku masuk dalam keleluasaan rahmat Allah
SWT yang meliputi segala sesuatu,” (ds) wallahu a’lam bishawab.
No comments:
Post a Comment