KHUTBAH I
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ,
وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ
أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ,
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ
نَدِيًّا.وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا
فَرِيًّا،فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، .فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ
إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً
سَدِيْدًا.
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيْمًا.
أَمَّا
بَعْدُ؛, قَالَ اللهُ تَعَالَى : اعوذبالله من الشيطان الرجيم
الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ
لاَ ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
(TQS Ghafir [40]: 16 -17).
Ikhwani fiddin
a’azzaniyallahu waiyyakum,
Mengawali rangkaian ibadah jumat hari ini, sebagai pembukaan khotbah,
marilah kita senantiasa bersyukur, meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT.
atas semua curahan nikmat karunianya kepada kita semua. Terkhusus nikmat
hidayah, Iman, Islam, sehat dan sempat, yang senantiasa menuntun, menyertai
kehidupan kita, yang insya allah akan menjadi semangat dan kekuatan serta tali
penyelamat dalam meniti kehidupan ini. Semoga dengan rasa syukur ini juga bisa
menjadi wasilah ditambahkannya nikmat-nikmat yang lain diwaktu-waktu yang
selanjutnya. Aamiin yaa rabbal’alamiin.
Selanjutnya, sebagai umat Islam yang senantiasa berupaya mengikuti risalah
Rasulullah Muhammad SAW., tak lupa kita sampaikan rasa terima kasih kita atas
perjuangan, pengurbanan dan perhatian beliau kepada kita semua, dengan
senantianya memperbanayak shalawat dan salam untuk beliau, dan juga untuk para
sahabatnya, keluarganya dan para pengikutnya yang setia. Dengan hal yang
demikian ini, semoga kelak akan menjadi wasilah datangnya syafaat beliau untuk
kita di yaumul qiyamah. Aamiin yaa rabbal’alamiin.
Untuk melengkapi rukun khutbah kali ini, tidak lupa dan tak bosan-bosannya,
kami selaku khatib senantiasa mengingatkan diri pribadi, para jamaah serta
semua saudaraku di mana saja berada, marilah kita tingkatkan iman dan taqwa
kita kepada Allah SWT dengan segala kensekuensinya. Taqwa dalam arti berusaha
menjalankan semua perintahNya dan meninggalkan semua laranganNYa. Dengan hal
yang demikian, semoga kita akan mendapatkan keselamatan, kemuliaan, dan
kebahagiaan di dunia sampai di akherat besoknya. Insya allah, aamiin yaa rabbal’alamiin.
Sebagaimana sudah disampaikan melalui frman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ
ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal .(QS. Al Hujurat 49: 13).
Tidak hanya kemuliaan individual, namun kemuliaan, keselamatan, dan
kebahagiaan jamaiyah/kelompokpun juga berawal dari keimanan dan ketaqwaan
bersama. Sebagaimana sudah disampaikan melalui firman Allah SWT:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ
الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ◌
Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raaf [7] : 96).
Di dalam ayat ini, Allah SWT menutupnya dengan
diksi antagonis, yaitu penyebab kecelakaan, kesusahan, penderitaan, kemerosotan
manusia, yakni kedustaan manusia akan keimanan dan ketaqwaan mereka kepada
Allah SWT. Na’udubillahi min dalik.
Hadirin jamaah jumah rahikamumullah,
Banyak orang mengira seolah-olah kehidupan hanya
di dunia. Sehingga mereka mempermainkan hukum. Berani berbuat tidak adil. Tak
jarang kita temukan, orang benar menjadi salah dan sebaliknya orang yang
bersalah terbebas dari hukuman.
Dalam sebuah hadis dijelaskan, bahwa pernah
seorang wanita ternama dari suku Makhzumi mencuri pada zaman Rasulullah saw.
Keluarganya mencoba mendapatkan keringanan hukuman dari Rasul saw. Mereka
memohon agar beliau tidak menerapkan hukuman potong tangan atas dirinya.
Mendengar dan melihat sikap mereka itu, beliau marah sambil bersabda:
فَإِنَّمَا أَهْلَكَ النَّاسَ قَبْلَكُمْ
أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ
فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِتِلْكَ
الْمَرْأَةِ فَقُطِعَتْ يَدُهَا
“Sungguh orang-orang sebelum kalian hancur karena
saat ada orang terpandang mencuri, mereka biarkan, tetapi saat orang lemah
(rakyat jelata) mencuri, mereka menerapkan hukuman atas dirinya. Demi Zat yang
jiwa Muhammad di tangan-Nya, bahkan andai Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti
akan aku potong tangannya.” Rasulullah lalu memerintahkan agar wanita itu
dipotong tangannya (HR al-Bukhari dan Muslim).
Secara tersurat, sabda Baginda Rasulullah saw.
di atas menegaskan, bahwa saat hukum diberlakukan secara tidak adil—hanya
berpihak kepada yang kuat dan cenderung menzalimi yang lemah—maka kehancuran
masyarakat pasti akan terjadi.
Meski hadits ini disampaikan 14 abad yang silam,
rasanya kita dapati faktanya sekarang. Di alam sekularisme yang menerapkan
hukum-hukum buatan manusia, termasuk di negeri ini, keadilan menjadi semacam
barang mewah. Musykil bisa dinikmati oleh rakyat kecil dan lemah. Keadilan
seolah hanya mereka yang kuat dan punya kekuasaan. Inilah fakta pengadilan
dunia saat ini.
Kondisi tersebut sangat berbeda dengan
pengadilan di akhirat kelak. Allah SWT berfirman:
الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ
لاَ ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan
sesuai dengan apa yang dia usahakan. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini.
Sungguh Allah amat cepat hisab-Nya (TQS Ghafir [40]: 16 -17).
Di sana tak ada lagi permainan hukum. Mereka
mustahil bisa lari dari hukuman dan azab Allah SWT. Tidak akan ada
sogok-menyogok, beking-membekingi atau kongkalingkong. Semuanya tunduk dan
bertekuk lutut di hadapan kekuasaan dan keperkasaan-Nya. Di Pengadilan Akhirat
semua ucapan dan perbuatan ditimbang seadil-adilnya. Tak ada yang terlewatkan
kendati hanya sebesar biji sawi (TQS al-Zalzalah [99]: 7-8).
Di Pengadilan Akhirat tak satu pun yang dapat
menolong. Di sana seluruh harta, anak, jabatan dan apa saja yang dibanggakan di
dunia ini tidak akan berguna sama sekali. Hanya hati yang selamat (qalb[un]
salîm) yang dapat menolong (TQS asy-Syua’ra’ [26]: 88–89).
Siapapun tidak akan bisa lolos dari hukuman.
Mereka tidak akan bisa berbohong dan berkelit. Sebab mulut-mulut mereka
terkunci, sementara anggota tubuh mereka (tangan, kaki, telinga, mata dan kulit) menjadi saksi (TQS Yasin [36]:
65).
Allah SWT menegakkan timbangan di Pengadilan Akhirat nanti dengan akurat (QS
al-Anbiya’ [21]: 47). Sungguh beruntung orang-orang yang berat timbangannya dan
sungguh merugilah orang-orang yang ringan timbangannya (QS al-A’raf [7]: 8-9).
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Saat itulah banyak orang yang menyesal. Tak ada
lagi kesempatan untuk bertobat. Yang ada hanyalah kesiapan menghadapi segala
akibat. Pahala atau dosa. Nikmat surga atau azab neraka. Karena itu Rasulullah
SAW mengingatkan bahwa tidak ada orang yang mati melainkan mereka menyesali
hidupnya,
“Tidaklah seseorang mati melainkan ia akan
menyesal.” Orang-orang bertanya, “Ya Rasulullah, apa penyesalannya?” Beliau
menjawab, “Jika ia orang baik, ia menyesal mengapa tidak lebih banyak lagi
(kebaikannya). Jika ia orang jahat, ia menyesal mengapa tidak segera
meninggalkan (kejahatannya).” (HR at-Tirmidzi).
Karena itu pula, bersegeralah mengerjakan amal
shalih dan ketaatan kepada Allah SWT. Berusaha melaksanakan dan menegakkan hukum-hukum-Nya di muka bumi. Itulah amalan
orang-orang cerdik yang meyakini adanya kehidupan setelah umur di dunia ini
berakhir. Mereka mengharapkan balasan terbaik di sisi Allah SWT dengan
menjadikan takwa sebagai bekal untuk mendapatkannya. Saat demikian mereka akan
terhindar dari penyesalan di akhirat.
Allah SWT pun berfirman:
وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ
يَتَذَكَّرُ اْلإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى () يَقُولُ يَا لَيْتَنِي
قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
Pada hari itu diperlihatkan Neraka Jahanam. Pada
hari itu sadarlah manusia, tetapi kesadarannya itu tidaklah berguna lagi bagi
dirinya. Manusia berkata, “Alangkah baiknya seandainya dulu aku melakukan
kebajikan untuk hidupku.” (QS al-Fajr [89]: 23-24).
Alhasil, selayaknya kita segera bertobat sebelum
terlambat. Taat sebelum ajal mendekat. Segera meninggalkan maksiat agar tak
menyesal di akhirat.
Jamaah jumah rahimakumullah
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga ada
yang bermanfaat. Jika ada salahnya, hanya karena dari kekurangan saya sendiri, untuk itu mohon
dimaafkan. Bila ada benarnya semata-mata petunjuk dari Allah SWT.dan tauladan
RasulNya, semoga kita bisa mengamalkannya. Selanjutnya, marilah kita akhiri
rangkaian khutbah ini dengan berdoa, semoga semuanya diberi panjang umur, sehat
wal afiat, manfaat dunia akherat. Senantiasa diberi hidayah, inayah dan
kekuatan untuk menjalankan kewajiban dakwah menegakkan syariat Allah dalam
naungan Daulah Islamiyah, sehingga semakin menambah kesadaran umat akan
pentingnya taat kepada Allah atas segala perintah, dan hukum-hukum
ketentuanNya, dan meninggalkan semua yang bertentangan dengan syariat Allah
SWT., baik dari manapun asalnya, yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
Aaamiin ya robbal’alamiin.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ
اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِن الآيَةِ وَذِكْرِ
الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ ◌
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا
أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ المسبحة بِقُدْسِهِ وَقَالَ
تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ
اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ
الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ
نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ
الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ
فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرْ
DMDI (DEWAN MASJID DIGITAL INDONESIA) https://seruanmasjid.com