Sebelum mengetahui bagaimana perjalanan Isra Mi'raj,
sebaiknya kita mengetahui dulu pengertian dari Isra Mi'raj. Isra' secara bahasa
berasal dari kata 'saro' bermakna perjalanan di malam hari. Adapun secara
istilah, Isra' adalah perjalanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersama Jibril dari Mekkah ke masjidil Aqsha. Mi'raj secara bahasa adalah suatu
alat yang dipakai untuk naik. Adapun secara istilah, Mi'raj bermakna tangga
khusus yang digunakan oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam untuk naik dari bumi menuju ke atas langit.
Perjalanan
Isra dimulai oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan menunggang
Buraq. Tidak berapa lama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menunggang
Buraq, sampailah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Jibril di suatu tempat yang banyak pohon
kurmanya. Jibril menyuruh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam turun untuk melaksanakan sholat 2 rakaat dan
berdoa kepada Allah di tempat ini. Ternayata, tempat pertama tersebut adalah
Madinah. Malaikat Jibril menjelaskan, “Tahukah engkau bahwa engkau shalat di
Thaibah (Madinah) dan disitulah engkau kelak berhijrah”.
Kemudian
perjalanan dilanjutkan. Di suatu tempat Jibril menyuruh Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam turun untuk shalat sunnah 2 rakaat. “Inilah Thuur Sina,
tempat Musa bercakap-cakap langsung dengan Tuhannya” kata Jibril. Perjalanan
dilanjutkan kembali dan untuk ketiga kalinya Jibril memerintahkan untuk
berhenti disuatu tempat dan menyuruh melakukan shalat sunnah 2 rakaat lagi.
Setelah selesai sholat berkatalah Jibril kepada Nabi saw., “Tahukah engkau
dimana engkau sholat kali ini?” Engkau sholat di Baitul Lahm, tempat Isa a.s. dilahirkan”.
Kemudian
melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, namun
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun dapat melaluinya. Perjalanan
dilanjutkan kembali, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dikejutkan dengan
bau wangi yang semerbak, itulah semerbak wangi yang terpancar dari kuburan
Masyithah yang teguh mempertahankan aqidahnya melawan raja fir'aun. Ketika
beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah
kanan: “Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi
Rasulullah tidak memperdulikannya.
Kemudian
Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau
menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau
mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan
Nashrani, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menjawabnya. Selanjutnya, muncul di
hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh
tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasûlullâh
tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia,
seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia
daripada akhirat”. Demikianlah perjalanan ditempuh oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam , begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam
perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis - (Masjid
al-Aqsha).
Lalu,
perjalanan Mi'raj Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dilanjutkan ke
Sidratul Muntaha. Disana, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diperintahkan
untuk melaksanakan sholat fardhu sebanyak 5 kali sehari. Hal ini sebagai media
komunikasi Rasul dan pengikutnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala. Karena, dengan menjalankan
sholat pada kapan pun juga kita dapat mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala dan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Disinilah puncak dari
seluruh perjalanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Hikmah apa yang dapat kita ambil dari peristiwa Isra Mi'raj?
Jadi,
riwayat mengatakan bahwa satu tahun sebelum isra Mi'raj terjadi merupakan tahun
kesedihan yang dialami Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena pada
tahun tersebut, beliau banyak kehilangan orang-orang yang dicintainya. Dimulai
dari wafatnya paman beliau, Abi Thalib bin Muthalib, kemudian disusul istri
tercinta, Siti Khadijah, ditambah lagi perlakuan penolakan dakwah Nabi dengan
dilempari dengan batu dan cemooh sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam merasa tertekan dan sedih. Bisa dibilang bahwa tahun tersebut menjadi titik
terendah dalam kehidupan beliau.
Ada hal
yang harus selalu kita ingat di dalam kehidupan kita bahwa titik terendah
merupakan titik awal untuk menuju pada titik naik pada kehidupan kita. Hal ini
terbukti dengan peristiwa Isra Mi'raj yang terjadi pada Rasulullah. Allah
menghibur hati Rasulullah dengan memerintahkan beliau untuk menjalankan sholat
5 rakaat. Allah Subhanahu wa Ta'ala menunjukkan kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam beserta umatnya bahwa untuk naik ke satu titik dalam
kehidupan kita, kita harus mengalami ujian terlebih dahulu. Ketika melalui
ujian itu lah kita harusnya senantiasa beriman dan bertaqwa di jalan-Nya.
Karena hanya Allah lah yang menjadi tempat menyembah, meminta dan menyandarkan
segala sesuatunya.
Ayo
kita buka lagi al-Qur'an beserta terjemahannya dan baca surat Al-Isra dan An-Najm agar biasa tahu lebih
jelasnya lagi peristiwa Isra Mi'raj tersebut. (CP)
No comments:
Post a Comment