Translate

Friday, 23 August 2013

MERAIH RAHMAT ALLAH

Kemudian kamu berpaling setelah (Adanya) perjanjian itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah:64). Sebagai manusia, apalagi umat muslim tentu kita semua sangat mendambakan serta mengharapkan rahmat dari Allah SWT. Setiap saat kita selalu berdoa baik di saat shalat maupun di luar shalat untuk bisa memperoleh Rahmat-Nya. Karena orang-orang yang mendapat rahmat Allah adalah tergolong orang-orang yang beruntung.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman, “Barangsiapa yang dijauhkan azab daripadanya hari ni, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata.” (QS. Al-an’am:16).

PEMIMPIN

 
Khalifah Umar bin Khattab berkata, “Akulah seburuk-buruk penguasa bila aku kenyang sementara umatku kelaparan.” Kalimat tersebut tidak sekedar kata-kata indah atau pemanis sebagai pemimpin yang seolah-olah sangat peduli kepada rakyatnya, tetapi apa yang dikatakan Khalifah Umar bin Khattab dijalankan dalam kehidupan keseharian. Sangatlah perlu apalagi di saat ini dilahirkan dan dikondisikan generasi-generasi Muslim selain pintar harus cerdas serta sederhana dan berbudi luhur. Sifat-sifat jujur dan amanah harus ditanamkan sejak dini guna mencetak generasi yang islami yang sabar dan penuh ketaqwaan kepada Allah SWT.
Sebuah teladan yang lain dari Khalifah Umar bin Khattab saat beliau menerima tamu untuk urusan pribadi, beliau mematikan lampu minyak yang menerangi ruang kerjanya karena lampu disediakan untuk menunjang pekerjaannya sebagai pemimpin negara, hingga bagi Umar tidak pantas menggunakan fasilitas negara untuk pribadi. Kejujuran Umar bin Khattab menggambarkan sifat mulia seorang pemimpin.
Yang mungkin sangat sulit ditemui saat ini, sifat-sifat jujur dan amanah yang mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi, keluarga maupun kelompoknya.

TUJUAN SURAT AL-FATIHAH


Surat Al-Fatihah mempunyai dua tujuan penting: Pertama, masalah Tauhid, khususnya tauhid dalam ibadah. Ibadah manusia harus terfokus kepada Allah SWT semata, dan selain dari-Nya tidak pantas dan layak dipuji dan disembah. Kedua, masalah Hari Akhir dan iman terhadap Hari Perhitungan. Tauhid dan hari akhir adalah tujuan Islam. Faktor utama Al-Qur’an serta seluruh ajaran Islam dibangun berdasar dua prinsip ini. Agama Islam mengajak seluruh manusia untuk beriman kepada Allah yang Maha Esa.
Firman Allah. Katakanlah: “Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada sesuatu kalimat (ketetapan) yang tak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah.” (QS. Ali Imran : 64)

JALAN YANG LURUS


 Jalan yang lurus atau shiraathal mustaqiim adalah jalan yang dijelaskan, ditentukan, dan jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Jalan yang dimaksud adalah jalan Islam. Sebuah jalan tentang kepasrahan, jalan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah SWT. Jalan tersebut adalah jalan yang pernah dilalui para Nabi dan rasul-rasul-Nya, para sahabat, alim ulama, orang-orang yang jujur, para syuhada serta jalannya orang-orang yang shalih yang beriman dan tertaqwa kepada-Nya.

MUSYAWARAH


“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedangkan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah diantara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS Asy Suura: 38).
Di dalam kehidupan berbangsa bernegara seyogyanya kita selalu mengedepankan upaya musyawarah serta sedapat mungkin menjauhi pemaksaan kehendak. Pada dasarnya Islam telah menerima tuntutan dari Allah SWT. Untuk melaksanakan musyawarah. Sedangkan terkait dengan musyawarah Rasulullah SAW bersabda, “Aku (Ali bin Abi Thalib) bertanya kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah SAW, jika timbul beberapa urusan pada kami yang tidak terdapat pada Al-Qur’an dan Sunnahmu, apa yang harus kami lakukan? Rasulullah SAW menjawab, kumpulkanlah orang-orang pandai diantara orang-orang mukmin, lalu bermusyawarahlah dengan mereka tentang hal tersebut.” (HR Ibnu Abdil Bar).

BERBAKTI PADA ORANG TUA KUNCI KEHARMONISAN KELUARGA


“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS An Nisa: 36).
Perintah, anjuran untuk berbakti kepada orang tua adalah nasehat yang sering diserukan dalam forum-forum ceramah, kajian-kajian maupun dalam kehidupan keseharian. Anjuran dan perintah itu sangat mudah untuk difahami karena kita semua terlahir dari orang tua seizin Allah SWT. Namun saat ini sepertinya sulit dilaksanakan oleh sebahagian orang.

DUA MATA HATI


Syekh Abdul Qadir Al Jilani menerangkan bahwa hati memiliki dua mata. Satu mata dapat melihat tajalli (penzahiran) sifat-sifat dan nama-nama Allah. Pandangan ini akan terus berlanjut sepanjang evolusi kerohanian berlangsung, yaitu pengalaman-pengalaman dalam tingkat kerohanian menuju Allah SWT. Mata yang lainnya hanya melihat apa yang diterangi oleh cahaya atau nur tauhid dan keesaan Allah SWT. Seseorang yang telah masuk ke peringkat ‘di sisi Allah’ saja yang dapat melihat keesaan Allah yang mutlak. Yakni mereka yang berada di peringkat tertinggi, tingkat tajalli zat.

BATASAN SENYUM


Senyum dan tertawa dapat memberi kesan yang baik di dalam kehidupan. Selama hal itu dilakukan secara wajar dan tidak berlebih-lebihan atau terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata. Tertawa tidak dilarang dengan Islam, bahkan Rasulullah SAW juga tertawa dan tersenyum. Namun, tertawa yang melampaui batas adalah tercela dan dilarang.
Abdul Majid S. Dalam buku Tertawa Yang Disukai Tertawa Yang Dibenci Allah mengatakan tertawa berlebihan dapat merusak akhlak.
Saat ini manusia hidup dalam dunia yang gelap, dimana setiap orang meraba-raba namun tidak menemukan denyut nurani, tidak merasakan sentuhan kasih, tidak melihat tatapan mata persahabatan yang tulus.
Dunia ini telah berubah menjadi hutan rimba, di ma­na bahasa globalnya merupakan kekuatan besi dan baja, bahasa bisnisnya persaingan, bahasa politiknya penipuan, bahasa sosialnya pembunuhan dan baha­sa jiwanya adalah kesepian dan keterasingan.

QANA’AH: KUNCI KEBAHAGIAAN KELUARGA

"Maka tidak ads harts yang lebih tinggi nilainya melebihi both pekerti harus diberikan orang tua kepada anak" (HR. Tirmidzi).

Melihat Hadits di atas jelasa menurut Islam, kedudukan orang tua di mate anak menempati kedudukan yang sangat mulia. Oleh sebab itu segala perilaku orang tua harus mencerminkan perilaku yang mulia. Namun menjadikan orang tua yang ideal tidaklah mudah, diperlukan kerja keras serfs ikhtiar yang sunggu-sungguh. Idealnya orang tua harus memberikan kasih sayang, menjadi fasilitator, menjadi dinamika penggerak kreatifitas serfs menjadi orang pertama yang memahami dan mencarikan jalan keluar manakala anak menghadapi persoalan. Jangan sampai seat anak mengadapi persoalan justru orang lain atau taman yang lebih dahulu tahu. Jika tidak bertemu dengan teman yang tepat justru akan memunculkan persoalan yang baru.

CINTA KEPADA ALLAH


Cinta kepada Allah Ta'ala, adalah cinta yang hakiki yang nampak di dalam lisan dan perbuatan, terpateri di dalam hati dan tersimpul dalam keyakinan. Adapun tanda-tanda cinta kepada Allah Ta'ala diantaranya:
1.        Selalu memperhatikan Tauhid, dengan meESAKAN Allah dalam do’a, meESAKAN Allah dalam segala permintaan, takut dan selalu berhati-hati dengan segala macam kesyirikan yang dapat membatalkan keislaman.
2.        Menjadikan Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam menjadi suritauladan dalam beribadah dalam moral dan tingkah laku serta dalam bekerja dan berusaha serta dalam segala aspek kehidupan. Karena ahlaq Nabi Shallahu ‘alai wasallam adalah Al-Qur’an dan Hadits.
3.        Selalu ada rasa rindu untuk melihat Allah SWT di surga.
4.        Banyak menyebut-nyebut Allah di setiap saat serta mencintai membaca mempelajari serta mengamalkan Al-Qur’an.
5.        Merasakan kelezatan saat melaksanakan ketaatan.
6.        Merasa sangat menyesal dan merugi di saat meninggalkan ketaatan.
7.        Masgul ketika melihat larangan Allah Ta'ala di langgar.
8.        Selalu bermuhasabah dan melihat kekurangan kesalahan diri. (ds).

LIMA WASIAT ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ


Sahabat Rasulullah Shalallahuaalahi wasalam, Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “Kegelapan itu ada lima, dan pelitanya pun ada lima. Jika tidak waspada, lima kegelapan tersebut akan menjerumuskan kita ke dalam panasnya api neraka. Tetapi, barang siapa teguh memegang lima pelita itu maka ia akan selamat di dunia dan akhirat. Kegelapan pertama adalah cinta dunia (hubb al-dunya). Rasulllah SAW bersabda, “Cinta dunia adalah biang dari segala kesalahan,” (HR. Baihaqi).

SIFAT-SIFAT RASULULLAH SHALALLAHU ALAI WASALAM


Al-Bara’bin ‘Azib ra, menuturkan, “Rasulullah SAW adalah seorang yang sangat tampan wajahnya, sangat luhur budi pekertinya, beliau tidak terlalu jangkung dan tidak terlalu pendek.” (HR Al-Bukhari).
Rasulullah Shalallahu alahi wasalam memiliki dada yang bidang dan lebar, beliau memiliki rambut yang terurai sampai ke cuping telinga (bagian bawah telinga), saya pernah menyaksikan beliau mengenakan pakaian berwarna merah, belum pernah saya melihat sesuatu yang lebih indah dari pada itu,” (HR. Al-Bukhari).
Abu Ishaq As-Sabi’i berkata seseorang pernah bertanya kepada Al-Bara’bin ‘Azib ra: “Apakah wajah Raulullah SAW lancip seperti sebilah pedang?” ia menjawab, “Tidak, bahkan bulan bagaikan rembulan!” (HR. Al-Bukhari).

MERAJUT PAKAIAN TAQWA

hunna libaasul wa antum libaasun lahunna.” (QS Al-Baqarah:187).
Pada hakekatnya, pakaian adalah segala yang “melekat” di badan ini; entah baju, celana, segala aksesoris yang “melekat” lainnya, termasuk perhiasan. Selaras dengan pengertian ini, bahkan Allah membahasakan suami sebagai “pakaian” dari istri; dan istri adalah “pakaian” dari suami. Mungkin karena suami dan istri pun “melekat” satu sama lain, hingga mereka tak ubahnya seperti pakaian.

JANGAN MERASA DIRI PALING SHALEH


Berdoa shalat sholat memohon ”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.”(QS, al-Hujurat [49]: 13)
Dua orang laki-laki bersaudara. Mereka sudah yatim piatu sejak remaja. Keduanya bekerja pada sebuah pabrik kecap.
Mereka hidup rukun, dan sama-sama tekun belajar agama. Mereka berusaha mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.
Untuk datang ke tempat pengajian, mereka acap kali harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah Sang ustadz. jaraknya sekitar 10 km dari rumah peninggalan orangtua mereka.
Suatu ketika sang kakak berdo’a memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, jabatannya naik, dia menjadi kepercayaan sang direktur. Dan tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki. Dia mendapatkan bonus karena omzet perusahaannya naik.

AL JAAMI’ (ALLAH YANG MAHA MENGHIMPUN)

Al Jaami’ berasal dari kata jama’a-yajma’u yang berarti mengumpulkan, menghimpun dan menyatukan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menghimpun segala materi, ruh nilai, amal dan segala peristiwa dalam satu jamaah di bawah kendali dan kekuasaan-Nya. Karenanya himpunan jama’ah yang diciptakan Allah Subhana wa Ta'ala adalah himpunan yang paling baik dan paling benar, indah dan paling adil, karena Allah Ta'ala Maha Penghimpun maka manusia dengan segala amal perbuatan, sandang pangan budaya serta pemerintahannya pasti dalam himpunan-Nya. Oleh karena itu langkah dan jalan manakah yang ditempuh manusia dalam menuju himpunan-Nya? Pastilah jalan Allah Subhana wa Ta’ala. Jalan itu bukan jalan kehendak sendiri, bukan jalan hawa nafsu bukan pula jalan untuk diri sendiri yang hanya menghasilkan arogansi, monopoli dan diskriminasi.

SEDEKAH YANG PALING MURAH


Abu Yazid Al Busthami, pelopor sufi, pada suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya kusam dan keningnya selalu berkerut. Dengan murung lelaki itu mengadu, ”Tuan Guru, sepanjang hidup saya, rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Orang lain sudah lelap, saya masih bermunajat. Isteri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga bukan pemalas yang enggan mencari rezeki. Tetapi mengapa saya selalu malang dan kehidupan saya penuh kesulitan?”

ISTIKHLAF

“Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat.” (QS. Yunus 14).
Kekuasaan adalah milik Allah dan berada sepenuhnya di tangan Allah. Dia memberikan kepada yang dikehendaki dan mencabutnya dari yang dikehendaki. Namun ada sunnatullah tentang pemberian kekuasaan oleh Allah (istikhlaf) di muka bumi. Allah Subhannahu wa Ta'ala menciptakan manusia agar menjadi pengelola (khalifah) di muka bumi ini, supaya diketahui bagaimana amal perbuatan mereka. Dan istikhlaf (hak pengelolaan) ini bersifat umum, berlaku sama antara yang baik dengan yang buruk, yang mukmin dengan yang kafir dan ini merupakan ujian bukan istikhlaf untuk kecintaan dan kemuliaan dari Allah. Sebab istikhlaf yang demikian hanya khusus kepada para nabi dan orang-orang shaleh yang mengikuti petunjuk mereka.

SUNNATULLAH


Allah SWT telah membuat ketetapan (sunnah) yang selalu berlaku bagi makhluk-Nya, yang tidak pernah akan berubah maupun berganti, kapan dan dimanapun manusia hidup, kapan dan dimanapun manusia hidup, akan mendapatkan ketetapan Allah itu sebagai sesuatu yang berlaku. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. “Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergulirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); Dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada.” (QS. Ali Imran:140).

IBADAH TOTAL


Suatu hari Muhammad bin ‘Atha duduk berbincang bersama Abu Bakar RA, lalu mereka melihat burung. Abu Bakar RA berkata, “Alangkah beruntungnya engkau wahai burung, engkau makan dari pohon ini, kemudian engkau mengeluarkannya, kemudian engkau tidak menjadi sesuatu, tidak ada hisab atasmu, aku ingin sepertimu. “Muhammad bin ‘Atha berkata kepadanya, “Apakah engkau mengatakan hal ini, sedangkan engkau adalah orang terdekat dengan Rasulullah SAW.”

HAKIKAT RAMADHAN

Sudah beberapa kali kita berjumpa Ramadhan. Bagaimana kita memaknai Ramadhan selama ini? Apakah kita menjalaninya dengan biasa-biasa saja? Ataukah kita benar-benar mengistime-wakan dan mengoptimalkannya untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik lagi?
Jika kita ingin benar-benar mengistimewakan dan mengoptimalkan Ramadhan, maka kita harus memahami hakikat Ramadhan. Berikut beberapa makna dan hakikat Ramadhan yang perlu kita pahami.

Thursday, 22 August 2013

Al Mani'

Kata AL MANI’ dalam konteks Allah SWT tidak ditemukan dalam Al Qur’an, sifat asmaul husna ini hanya bisa ditemukan dalam hadits Rasulullah yang menjelaskan tentang asmaul husna. Secara bahasa AL MANI’ berakar dari akar kata mana’a yang memiliki tiga arti, yaitu mencegah, menampik, terhalangi. Makna ini antonim dengan kata memberi, sehingga sifat asmaul husna ini berantonim dengan asmaul husna AL WAHAB yang berarti Maha Memberi.

Doa

Dalam Kamus Lisanul Arab, doa adalah permohonan yang bersungguh-sungguh kepada Allah SWT. Sedang menurut Ibnul Qoyyim doa adalah permohonan mengenai berbagai hal yang bermanfaat serta dijauhkan dari hal-hal yang mendatangkan kemudaratan, sedangkan menurut Al Khatabi doa adalah permohonan kepada Allah SWT dengan menunjukkan kefakiran kepada-Nya serta membebaskan diri dari keyakinan terhadap kekuatan selain Allah SWT.

Agama adalah Nasihat

Kata Nasihat berasal dari bahasa Arab, yang bermakna khalasha, yang maknanya bersih dari segala kotoran dan murni. Nasihat bisa juga bermakna khatha, yaitu menjahit. Imam Nawawi ra, mengatakan bahwa “nashaha” diambil dari “nashaharrajalu tsaubahu” apabila dia menjahitnya. Maka, mereka mengumpamakan perbuatan penasehat yang selalu menginginkan kebaikan orang yang dinasehatinya dengan usaha seseorang memperbaiki (menjahit) pakaiannya yang robek. Imam Ibnu Rajab ra menukil ucapan Imam al-Khathtabi ra, “Nasehat ialah kata yang menjelaskan sejumlah hal, yaitu menginginkan kebaikan bagi orang yang diberi nasehat.”

Tilawah Al Quran

Dari Utsman Ibn Affan ra, “Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya (HR Bukhari). Segala puji bagi Allah SWT yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Qur’an dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya, sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya,” (QS Al Kahfi:1-3).

AKAD JANGAN DILUPAKAN

Abdul Mutholib sangatlah bersuka cita, ketika Aminah mengabarkan akan kelahiran cucunya. Ia pun menggendong cucunya itu lalu memasuki kabah, mendoakan cucunya itu dan kemudian memberinya nama Muhammad. Muhammad dilahirkan di Mekah pada hari Senin, 12 Rabiuul Awwal tahun 571. Lahir dari seorang Ibu bernama Aminah dan ayah bernama Abdullah. Di masa itu orang-orang mulia suku Quaraisy mempunyai kebiasaan untuk menyerahkan anak mereka kepada para ibu susuan yang berasal dari desa (pedalaman) dengan tujuan agar di tahun-tahun pertama kehidupannya sang anak hidup di udara pedalaman yang masih segar, hingga diharapkan badannya menjadi sehat. Oleh karena itu Abdul Muthalib mencari ibu susuan bagi cucu tercintanya Muhammad. Ketika itu datanglah wanita-wanita Bani Sa’ad di Mekah, mereka mencari anak-anak untuk disusui diantara mereka adalah Halimah As Sa’diyyah. Semua wanita itu telah mengambil anak untuk disusui kecuali Halimah As Sa’diyyah, ia tidak menemukan anak kecuali Muhammad. Mula-mula ia enggan untuk menyusui karena Muhammad adalah anak yatim. Namun ia tidak suka manakala kembali tanpa membawa anak susuan. Akhirnya Halimah As Sa’diyyah mengambil Muhammad karena tidak ada bayi lain selain Muhammad untuk disusui. Karena kehendak Allah SWT Halimah As Sa’diyyah banyak mendapatkan berkah selama menyusui Muhammad.

AL MUGHNI

Qorun, awalnya diberi kekayaan yang melimpah ruah, emas berlian, makanan lezat serta berbagai kenikmatan dunia yang tiada taranya. Namun kemudian beserta seluruh hartanya dimusnahkan Allah SWT karena tidak mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT kepadanya. Hal ini merupakan salah satu sebab karena mengingkari keberadaan-Nya. Sesungguhnya hanya Allah SWT yang bisa memberikan nikmat kepada manusia dan seluruh makhluk, tanpa memandang apakah orang itu beriman atau tidak, karena Allah SWT memiliki sifat asmaul husna Al Mughni, yang berarti Yang Maha Mengkayakan. Sifat ini hanya dimiliki Allah SWT, sedangkan Allah SWT bisa mengkayakan siapa saja sesuai yang dikehendakinya tanpa memandang di amuslim atau bukan karena Allah SWT juga memiliki sifat arrahman penyayang kepada seluruh umat. Kekayaan dalam konteks yang lebih luas bukan hanya berupa harta saja, tetapi seluruh nikmat-nikmat yang diberikan Allah SWT adalah kekayaan. Termasuk kekayaan adalah nikmat anggauta badan, nikmat kesehatan dan yang lain.

Biografi Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha

A.    Nama dan Nasab
Beliau adalah ‘Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq bin Abu Quhafah bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay. Ibunda beliau bernama Ummu Rumman binti ‘Umair bin ‘Amir bin Dahman bin Harist bin Ghanam bin Malik bin Kinanah.
‘Aisyah رضي الله عنها terlahir empat atau lima tahun setelah diutusnya Rasulullah صلّى الله عليه و سلّم
Dari ‘Aisyah رضي الله عنها, bahwasanya dia pernah bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya semua maduku mempunyai kun-yah (julukan), maka sudikah engkau memberikan juga kun-yah untukku?” Beliau صلّى الله عليه و سلّم menjawab: “Julukilah dirimu dengan putera (angkat)mu ‘Abdullah bin az-Zubair.” Sejak saat itu, ‘Aisyah رضي الله عنها diberi kun-yah Ummu ‘Abdillah hingga meninggal dunia.

Di antara keutamaan Aisyah Radhiyallahu’anha

1.       
    • Hadis riwayat Aisyah Radhiyallahu’anha, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pernah bersabda: Tiga malam aku bermimpi melihat kamu. Malaikat datang kepadaku mengantarkanmu dengan memakai sepotong baju sutera seraya berkata: Inilah istrimu. Ketika aku buka wajahmu, ternyata itu memang benar-benar kamu. Lalu aku katakan: Kalau itu memang datang dari sisi Allah, maka Allah pasti akan menjadikannya kenyataan. (Shahih Muslim No.4468)

Wednesday, 21 August 2013

SETAN PUN TAKUT BERTEMU UMAR BIN AL-KHATHTHAB -radhiyallahu 'anhu-

Begitu besar nama sahabat nabi ini sehingga setanpun takut ketika hendak bertemu. Namun ada segolongan manusia yang sangat menghinakannya, padahal Rosulullah SAW sangat menyayanginya. Ada sekelompok orang yang sangat membencinya karena begitu sangat sayangnya kepada sahabatnya yang lain Ali bin Abu tholib, lantas disebut apakah golongan ini sehingga dia tidak mau mengenal Umar bin Khaththab ra.?

Entri Populer

Majelis Ulama Indonesia

Radio Dakwah Syariah

Nahimunkar